Balikpapan – Usai menemui Kepala BPBD Kutim, Syafruddin, dan Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman, kami pun meneruskan perjalanan menuju SMP dan SMK Muhammadiyah. Dua sekolah ini berada dalam komplek yang sama. Sekitar 15 menit berkendara kami tiba di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang berlokasi searah jalan menuju pelabuhan Kenyamukan.
Tiba di sana tampak para guru dan siswa sedang kerja bakti membersihkan masjid sekolah. Karena banjir di sini juga menunjukkan penurunan level ketinggian. Tapi ruang kelas dan kantor masih terlihat tergenang banjir. “Masjid kita bersihkan. Airnya sudah tidak masuk lagi. Jadi bisa buat sholat,” ujar Jamhari, Kepala SMK Muhammadiyah Sangatta.
Usai berbincang sejenak mengenai kebutuhan tanggap bencana di SMK kami pun kembali ke pos koordinasi di gedung dakwah Muhammadiyah. Rencananya akan ada monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan respon tanggap bencana banjir di Sangatta. Mobil triton yang dikendarai Imam pun melaju menuju tempat berkumpulnya para relawan tersebut.
Sore menjelang, kami sedang mempersiapkan laporan situasi banjir Sangatta kepada MDMC pusat. Laporan ini berisi data sebaran banjir, korban jiwa dan kerugian material akibat bencana. Baik secara umum di Kutim maupun khusus di aset-aset milik Muhammadiyah. Laporan ini juga menjadi acuan untuk program tanggap bencana bagi relawan yang bertugas berikutnya. Seperti penyediaan layanan kesehatan terhadap warga pasca banjir.
Selain itu, MDMC juga memberikan pendampingan psikologis terhadap para pengungsi banjir Sangatta. Salah satunya di masjid agung al Faruq yang menjadi lokasi pengungsian terbesar. Tercatat ada 1.300 jiwa yang mengungsi ke masjid terbesar di Sangatta tersebut. “Saya berangkat dulu ke sana. Kamu tidak ikut kah,” ujar ustadz Machnun Uzni, relawan MDMC yang bertugas memberikan pendampingan psikologis pada pengungsi. “Saya di sini aja. Rencana ada teman dari Bengalon menuju kesini,” jawabku.
Adzan maghrib berkumandang, saya bersama beberapa relawan yang tersisa pun melaksanakan sholat berjamaah. Tidak seberapa lama para relawan yang membagikan nasi bungkus berdatangan. Termasuk Iwan dan Tamam yang mendampingi personil dapur umum berbelanja peralatan memasak. Kami pun melakukan penyerahan secara resmi alat-alat itu kepada penanggung jawab dapur umum. “Sekitar Rp 3,2 juta kita habiskan untuk pembelian peralatan dapur,” lapor Rohiman.
Usai sholat isya, seluruh relawan yang bertugas di lapangan sudah kembali ke poskor. Kami mempersiapkan rapat monitoring dan evaluasi terhadap tanggap bencana banjir di Sangatta. “Sebagian titik banjir sudah mulai surut. Tinggal pembersihan saja. Besok mungkin relawan fokus bantu pembersihan di AUM. Distribusi nasi bungkus masih tetap seperti hari sebelumnya,” lapor Ketua Poskor, Imam.
Menanggapi hal ini, Sekretaris Kokam Kaltim, Iwan Sulistia, menilai manajemen logistik dan komunikasi antar bidang di poskor Kutim sudah tergolong bagus. Tinggal proses pembagian tugas dan rotasi di lapangan untuk mencegah terjadinya penumpukan relawan. “Secara umum sudah bagus. Kami tadi sudah mendampingi masing-masing bidang. Jangan lupa pencatatan datanya. Ini penting agar kerja relawan terukur,” ujarnya.
Iwan juga menegaskan, MDMC Kaltim bertugas melakukan pendampingan terhadap respon tanggap bencana di tiap kabupaten kota. Termasuk melakukan pergiliran pengiriman relawan dari daerah terdekat. Sementara proses pelaksanaan program menjadi tanggung jawab ketua poskor setempat. Dimana relawan yang datang wajib tunduk pada program dari pihak lokal.
“Setelah ini akan menggantikan kami para relawan dari Samarinda. Ada medis juga di situ. Silahkan nanti kalau mau gelar layanan kesehatan gratis. Biasa penyakit pasca banjir muncul 5 hari setelahnya. Mereka juga bawa logistik. Tolong dapur umum dicatat baik-baik datanya,” tuturnya lagi.
Sementara KSO Kokam Kaltim, Rohiman menambahkan pihaknya juga menyerahkan file laporan situasi harian kepada pihak poskor. Laporan ini wajib diisi usai kegiatan relawan berakhir setiap harinya sampai tanggap bencana berakhir. “Mungkin habis isya bisa di update laporan hariannya. Kirim ke kami di hari yang sama. Nanti kami teruskan ke pusat,” tambahnya.
Setelah rapat berakhir, kami pun merebahkan diri yang kurang istirahat dalam dua hari terakhir. Di samping saya ada mas Uzni, Iwan dan Tamam melakukan hal yang sama. Tak ada kasur di sini. Jadilah lantai sebagai gantinya. Saya hanya menggunakan sleeping bag sebagai bantal dan sarung sebagai selimut. Lantai dengan keramik ubin warna putih ini cukup dingin di malam hari. Ditambah hembusan angin dari jendela yang kubuka. Bahkan malam hari sempat turun hujan membasahi Sangatta meski intensitasnya ringan.
Adzan subuh kembali berkumandang di gedung dakwah milik Muhammadiyah Sangatta. Saya pun beranjak menuju tempat wudhu. Panggilan alam membuatku singgah ke toilet terlebih dahulu. Setelah berwudhu tampak relawan lain pun bersiap sholat berjamaah. Ketua poskor banjir, Imam, yang memimpin sholat subuh berjamaah ketika itu. Tidak banyak kegiatan usai subuh ini. Kami hanya mengikuti rapat persiapan kegiatan dari pihak poskor pada jam 06.30 waktu setempat.
“Hari ini kita fokus pembersihan AUM yang banjirnya sudah surut. Nanti relawan ditugaskan ke sana. Dapur umum silahkan mempersiapkan nasi bungkus untuk siang dan sore. Nanti sore laporkan data logistik yang tersisa,” ujar Imam kepada peserta rapat.
Usai rapat, kami pun bergantian mandi, sarapan dan mempersiapkan kepulangan ke rumah masing-masing. Karena tugas MDMC Kaltim lebih kepada pendampingan dan pemetaan terhadap proses tanggap bencana di tiap kabupaten kota. “Kami pamit pulang. Semoga sukses responnya. Jangan lupa kirim laporan,” ujar Iwan saat berpamitan. Rombongan kami juga menyempatkan berfoto bersama relawan di Sangatta sebelum masuk ke mobil yang sudah bersiap.
Dua mobil yang membawa rombongan kami mulai mengaspal. Sejumlah titik banjir di ruas jalan utama Sangatta saat kami datang sudah surut. Genangan banjir masih tersisa di pemukiman warga yang berkontur rendah dan berdekatan dengan sungai. Kami juga sempat singgah ke km. 3 dekat terminal untuk mengambil mobil granmax yang ditinggalkan terparkir saat melintasi banjir pada Senin (21/03) lalu.
Kini tiga mobil rombongan kami beriringan menuju Muara Badak, Kutai Kartanegara. Kondisi jalan yang cukup beragam mempengaruhi waktu tempuh kami. Permukaan jalan mulai yang mulus, berlobang hingga tanpa aspal pun ada. Sekitar 4 jam berkendara kami tiba di rumah bang Teguh, relawan asal Kukar yang ikut bersama di rombongan ini. Di sini rupanya tuan rumah sudah mempersiapkan makan siang untuk kami. Ada ikan layang goreng, sayur gori lengkap dengan sambalnya. Para relawan makan dengan lahap karena sarapan tadi pagi hanya jagung dan singkong rebus.
Selesai makan dan istirahat kami berpamitan kepada bang Teguh dan keluarganya yang sudah menjamu makan siang. Rencananya kami menuju Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) untuk melaporkan respon tanggap bencana banjir di Kutim. Di sana sudah menunggu pak Maridi yang juga sekretaris MDMC Kaltim. Sekitar pukul 16.00 kami tiba di gedung kampus milik Muhammadiyah ini.
“Jadi kami sudah memberikan pendampingan kepada relawan setempat. Mulai pembuatan data, pelaksanaan di lapangan hingga pelaporan,” ujar Iwan saat di ruangan Maridi. Selain itu, lanjutnya, pihak poskor perlu melakukan manajemen keuangan secara rinci untuk kebutuhan tanggap darurat. Karena bantuan yang masuk tidak sebanyak biasanya. “Isu banjir ini tidak sebesar gempa bumi atau tsunami. Kalau dua bencana itu dana yang masuk biasanya besar. Makanya kita perlu uang yang masuk dan keluar harus seimbang,” jelasnya.
Sementara Maridi menyampaikan terima kasih terhadap respon cepat relawan Kokam Kaltim pada banjir di Sangatta. Dimana relawan dan logistik sudah masuk ke sana sejak hari kedua. “Kami mengakui dana yang ada juga terbatas. Unit pengangkut juga kita belum punya. Itu mengandalkan asetnya AUM. Jadi kita pinjam. Ke depan mungkin kita perlu buka donasi wajib agar kita punya unit respon bencana,” tambahnya.
Usai laporan, kami pun berpamitan kepada Sekretaris MDMC yang sudah memfasilitasi keberangkatan ke lokasi bencana. Rombongan kami berpisah di halaman gedung kampus fakultas manajemen UMKT. Satu mobil ranger di Samarinda, granmax menuju Tenggarong, Kukar, dan fortuner kami menuju Balikpapan. Perjalanan kembali ke rumah di Balikpapan berlanjut. Masih perlu waktu sekitar 2 jam untuk sampai ke rumah karena kami tidak melalui jalan tol penghubung Samarinda – Balikpapan. Bagi Iwan lebih jauh lagi. Karena dia masih harus menempuh jalur laut untuk menyeberang ke Penajam Paser Utara. “Dinikmati aja insyaAllah berkah. Semoga kita sehat dan terus bisa berdakwah,” tutupnya.
Ok itu saja cerita kami. Terima kasih kepada donatur dan orang baik yang terus menyumbang kepada MDMC dalam susah dan senang. Mungkin tidak bisa kami sebutkan satu persatu semoga amal ini terus diterima Allah. Teruslah berilmu dan beramal. Salam literasi. Salam inspirasi. Saya melaporkan untuk “Kokam Jelajah”. Salam tangguh. (FAD)
Discussion about this post