Balikpapan – Adzan subuh berkumandang di gedung dakwah Muhammadiyah Sangatta, Kutai Timur. Ada rasa lelah yang menggelayut di badan dan mengajak terus merebahkan diri. Kupaksakan bangun karena sudah masuk waktu sholat. Setelah berwudhu tampak relawan lain pun bersiap sholat berjamaah. KSO Kokam Kaltim, Rohiman, ketika itu yang mengimami kami.
Usai sholat subuh, kami pun bersiap menggelar rapat koordinasi. Rapat ini dalam upaya untuk merespon bencana banjir yang melanda Kabupaten Kutim dalam 3 hari terakhir. Termasuk memberikan pendampingan kepada relawan lokal terhadap manajemen logistik, personil hingga teknis pelaporan ke pusat.
Sekretaris Kokam Kaltim, Iwan Sulistia mengatakan pihaknya melakukan pendampingan terhadap pos koordinasi (Poskor) tanggap bencana yang bertugas di lapangan. Di mana setiap kegiatan harus terukur sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada donatur yang menitipkan bantuan.
“Jadi kita perlu memetakan potensi, amunisi dan aksi di lapangan. Kerja relawan itu terukur bukan serampangan. Tadi kami dapat laporan ada 5 titik lokasi pengungsian yang dilayani poskor. Untuk sementara tanggap bencana masih berupa layanan dapur umum,” ujarnya kepada peserta rapat.
Iwan juga mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan badan dan jiwa para relawan yang terjun dalam kegiatan ini. Sebab mereka bertugas dengan panggilan hati tanpa menuntut bayaran. Sementara pihak Poskor berkewajiban menjaga alur distribusi hingga pelaksanaan di lapangan untuk mempermudah amunisi logistik berikutnya.
“Intinya kita harus tertib dalam bekerja dan pelaporannya. Karena Muhammadiyah itu tertib. Kita tetap punya kewajiban melapor kepada donatur yang sudah percaya kepada Muhammadiyah. Jangan lupa sama relawan. Siapkan mereka vitamin dan snack. Soalnya relawan tanpa logistik itu anarkis,” ucapnya sambil tertawa.
Menurut Iwan, MDMC merencanakan pelaksanaan tanggap bencana di Sangatta berlangsung selama 7 hari. Namun itu tetap menyesuaikan perkembangan kondisi di lapangan. Termasuk mempersiapkan pergiliran rombongan relawan yang akan bertugas. Agar tidak terjadi penumpukan relawan tanpa kejelasan pembagian tugas di lokasi bencana.
“Semoga banjir segera surut. Tadi tanggap bencana kita rencanakan 7 hari. Kegiatan kita berupa dapur umum dan layanan kesehatan. Kita juga buatkan laporan situasi lapangan ke MDMC pusat. Nanti laporan ini wajib dilanjutkan ketua poskor Kutim,” tuturnya lagi.
Rapat yang berlangsung sekitar 1 jam itu pun berakhir. Kami bersiap turun ke lapangan melakukan pemetaan terhadap dampak banjir di Sangatta. Rencananya Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) menjadi fokus dalam tugas kali ini. Karena dana dan logistik yang tersedia cukup terbatas. Sementara untuk masyarakat umum tetap menjadi tanggung jawab pemerintah setempat.
Saya bersama relawan lainnya bergantian mandi dan sarapan di dapur umum poskor. Menu nasi goreng dan oseng tempe tersaji di hadapan kami. Dapur ini menjadi pusat penyediaan makan bagi relawan dan pengungsi banjir. Setiap harinya tercatat 300 bungkus nasi dikirimkan ke titik pengungsian di AUM. Di mana dapur ini melayani penyediaan makan siang dan malam. Jadi ada 150 bungkus untuk setiap waktu makan di siang dan sore hari.
Selesai mandi dan sarapan, kami bersiap melakukan pemetaan terhadap dampak banjir di AUM. Kali ini Imam yang menjadi ketua poskor langsung mengantarkan kami ke lokasi. “Ada 4 titik yang bakal kita datangi. TK ABA, SD, SMP dan SMK milik Muhammadiyah. Semua lokasi itu terendam banjir dengan ketinggian bervariasi,” ujar Imam. Tiba di lokasi TK ternyata banjir sudah tidak menggenangi tempat ini. Tinggi air memang sempat mencapai mata kaki orang dewasa. Namun di hari ketiga kembali surut dan warga yang mengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing.
Kami pun beranjak menuju SD Muhammadiyah 2. Menuju lokasi ini kami harus melewati genangan banjir setinggi paha orang dewasa. Bangunan SD milik Muhammadiyah ini pun masih tergenang. “Hanya 3 kelas di lantai 2 saja yang tidak kena banjir. Sisanya di lantai bawah terendam semua,” ujar salah satu guru SD. Memang lokasi ini terbilang rendah dan berdekatan dengan sungai. Otomatis genangan air cukup betah di tempat ini.
Tidak seberapa lama kami bergeser menuju kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim. Di sana sudah menunggu kami Kepala BPBD Kutim, Syafruddin. Beliau juga sebagai ketua pimpinan daerah Muhammadiyah Kutim. Rencananya kami akan melaporkan respon tanggap bencana yang dilakukan MDMC sekaligus menjalin sinergi terhadap program pemerintah dalam menangani musibah banjir.
Berkendara sekitar 15 menit kami tiba di kantor BPBD Kutim. Ternyata saat itu juga ada Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman, yang sedang berkantor sementara di ruangan Kepala BPBD. “Jadi ini banjir terparah dalam 20 tahun terakhir. Dulu pernah juga banjir besar tapi tidak separah ini,” ujar Syafruddin saat berbincang. Data BPBD Kutim juga menyebutkan jumlah paling banyak terdapat di Desa Sangatta Utara mencapai 15.004 orang dari 3.937 KK. Sisanya tersebar di Sangatta Selatan, Wahau dan sekitarnya.
“Tadi pak bupati sudah teken SK tanggap bencana selama 14 hari. Itu dengan mempertimbangkan kondisi cuaca dan pasang air laut. Kami juga jelas terbantu kehadiran MDMC dalam respon banjir. Semoga sinergi kita terus berlanjut,” tuturnya lagi.
Sementara Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman, memberikan apresiasi terhadap kinerja tanggap bencana oleh MDMC Kaltim. Hal itu terkait kepedulian Muhammadiyah yang langsung merespon bencana banjir di kabupaten ini dalam 3 hari terakhir. Dirinya mengakui banjir kali ini merupakan yang terbesar dalam 20 tahun terakhir. Laporan yang masuk menyebutkan curah hujan cukup tinggi bersamaan dengan pasang laut di Selat Makassar. Akibatnya beberapa kecamatan mengalami banjir. Mulai dari ibukota kabupaten hingga kecamatan yang jarak tempuhnya cukup jauh.
“Kami sudah melakukan tanggap bencana sejak air naik hari Sabtu (19/03) lalu. Kemudian mulai berdatangan bantuan dari daerah terdekat. Ada dari Samarinda dan Bontang. Ada juga MDMC sebagai lembaga sosial,” ujarnya saat menerima rombongan kami.
Untuk saat ini, lanjut Ardiansyah, penurunan ketinggian banjir masih belum signifikan. Rata-rata hanya berkisar 10-20 sentimeter. Namun pihak BMKG memperkirakan volume hujan dan pasang laut bakal menurun seiring perubahan bentuk bulan. Meski begitu pihak pemerintah tetap melakukan kegiatan tanggap darurat bencana hingga 14 hari ke depan. Sesuai hasil rapat koordinasi dengan instansi terkait.
“Laporan tadi bilang sudah ada penurunan ketinggian banjir. Warga sebagian ada yang sudah kembali ke rumah untuk bersih-bersih. Tapi kami tetap belum akan menurunkan level kewaspadaan terhadap bencana banjir ini,” tuturnya lagi.
Menurut Ardiansyah pihaknya memberikan apresiasi terhadap bantuan Kokam dalam tanggap bencana kali ini. Sebab keberadaan mereka cukup membantu percepatan bantuan kepada warga korban banjir. Terutama pada amal usaha Muhammadiyah dan warga persyarikatan yang mengalami langsung dampak banjir tersebut.
“Kami berterima kasih sekali dengan Kokam. Semoga banjir segera surut. Tadi Kokam juga bilang tetap dukung kami dalam recovery pasca bencana. Mereka lapor sudah bikin dapur umum dengan produksi 300 nasi bungkus per hari. Nanti menyusul layanan kesehatan,” tambahnya. (FAD)
Discussion about this post