Balikpapan, Borneoupdate.com – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menemukan ada sejumlah penyimpangan harga dalam penjualan obat dan oksigen di masa pandemi Covid-19. Hal itu berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan selama empat pekan terakhir terhadap sejumlah wilayah yang mengalami kelangkaan pasokan. Terutama untuk komoditas obat terapi Covid-19 dan tabung oksigen di pasaran.
Direktur ekonomi, deputi kajian dan advokasi KPPU, Zulfirmansyah mengatakan pihaknya sudah menginstruksikan kepada seluruh kantor wilayah untuk turun ke lapangan dan membuat laporan. Pengecekan dilakukan terhadap semua pihak yang terkait. Termasuk meminta keterangan terhadap pemerintah sebagai regulator dan juga pihak distributor.
“Jadi kami sampaikan bahwa laporan ini merupakan tindak lanjut kegiatan kita sepanjang kurang lebih 24 hari. Ini tahap penyelidikan awal. Dapat kami sampaikan disini beberapa poin. Tapi ada juga beberapa poin yang belum bisa kita sampaikan karena masih bersifat rahasia,” ujarnya saat zoom meeting bersama media, Jumat (30/07).
Dari hasil penelusuran tersebut, lanjut Zulfirmansyah, ditemukan bahwa ada penyimpangan terhadap Harga eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas obat terapi Covid-19 dan tabung oksigen. Kejadian ini terjadi hampir secara merata di berbagai daerah. Sehingga pihak KPPU akan segera bertindak lebih lanjut untuk mencegah kelangkaan yang akan berdampak pada kesulitan di masyarakat.
“Yang pasti kami sudah melakukan pemanggilan, permintaan keterangan maupun permintaan data dokumen kepada regulator. Ini terkait pasokan oksigen. Kami temukan ada penyimpangan harga eceran tertinggi (HET). Ini terjadi di seluruh Jawa dan Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua,” tuturnya lagi.
Selain itu menurut Zulfirmansyah, pihaknya juga mendatangi rumah sakit, fasilitas kesehatan milik swasta dan distributor untuk meminta keterangan. Hal yang sama dilakukan mulai tingkat pusat hingga daerah. Dimana seluruh perwakilan wilayah juga sudah mengundang pihak terkait di daerahnya masing-masing.
“Khusus obat Covid-19, pada minggu pertama hingga ketiga hanya 3 jenis obat terapi covid yakni azithromycin, favipiravir dan oseltamivir yang mengalami kelangkaan. Lalu pada minggu keempat Juli 2021, ketersediaan 5 jenis obat terapi Covid-19 tambah langka. Ini terjadi di sejumlah kabupaten kota di Kaltim,” jelasnya.
Zulfirmansyah menjelaskan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, agar pengadaan obat difokuskan untuk fasilitas kesehatan saja. Setiap Dinas Kesehatan kabupaten/kota diminta mendata kebutuhan obat untuk disetor kepada Dinas Kesehatan Provinsi yang kemudian diajukan kepada Kementerian Kesehatan. Mengingat pihak apotek konvensional dan PBF menyebutkan terjadi kekosongan stok obat Covid-19. Hal ini ditengarai karena mereka enggan memiliki stok akibat rendahnya margin keuntungan yang didapat terkait penetapan HET dari pemerintah.
“Disamping itu, adanya Surat Edaran BPOM tentang kewajiban apotek untuk melaporkan distribusi obat terapi covid setiap hari. Sampai dengan Minggu IV, obat terapi covid tidak tersedia di apotek konvensional dan hanya tersedia di beberapa apotek Kimia Farma,” terangnya.
Sementarai itu, Zulfirmansyah menambahkan pihaknya juga menemukan kekosongan stok oksigen ukuran 1m3 di beberapa toko alat kesehatan dan apotek. Hal itu karena di wilayah kalimantan tidak tersedia tidak tersedia penjual yang menjual tabung oksigen ukuran 1m3. Sedangkan di beberapa fasyankes juga mulai mengalami krisis oksigen, akibat keterbatasan stok oksigen yang tidak sebanding dengan jumlah pasien Covid-19 yang semakin bertambah.
Berdasarkan informasi dari dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, salah satu produsen oksigen di Kaltim yakni PT Samator dengan kapasitas produksi oksigen per hari sebesar 30 ton, sedangkan kebutuhan saat ini sebesar 50 ton. Terdapat kekurangan pasokan oksigen sebesar 20 ton.
“Pemprov Kaltim telah berkoordinasi dengan Pemprov Sulsel terkait rencana pengambilan oksigen oleh PT Samator dari wilayah Sulsel dengan salah satu poinnya adalah mempermudah akses jalur kapal PT Samator untuk mengambil oksigen. Selain itu Pemprov Kaltim telah membentuk Satgas Oksigen dan berkoordinasi dengan PT Pupuk Kaltim dan PT Pertamina untuk melakukan pengadaan oksigen karena perusahaan tersebut memiliki kemampuan memproduksi oksigen,” tambahnya. (FAD)
Discussion about this post