Paser, Borneoupdate.com – Bencana banjir masih jadi persoalan di Kabupaten Paser. Tingginya curah hujan, meluapnya air drainase, serta dangkalnya sungai. Sehingga air akan tinggi ketika pasang, menjadikan banjir tak terhindarkan jika tidak ada penanganan yang baik.
Bahkan dikhawatirkan terjadi banjir Rob di Kabupaten Paser. Karena ketinggian permukaan air laut lebih tinggi daripada hulunya. Hal ini mengemuka setelah terungkap bahwa daerah hilir Sungai Kandilo tepatnya di Muara Pasir telah terjadi pendangkalan.
Berdasarkan hasil penelitian yang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), daerah hilir Sungai Kandilo di Desa Muara Pasir kedalamannya hanya 1,5 meter. Sementara idealnya kedalaman 10 meter. Hal itu turut jadi perhatian DPRD Kabupaten Paser.
“Pendangkalannya sangat luar biasa. Sangat-sangat berpotensi banjir ROB terjadi,” ucap Ketua Komisi I DPRD Paser, Hendrawan Putra, Kamis (2/6/2022).
Dengan adanya pendangkalan Sungai Kandilo di daerah hilir, anggaran penanganan disediakan senilai Rp 3 miliar. Namun menurutnya, nilai tersebut diyakini tidak cukup untuk mengatasi persoalan banjir. Sehingga DPRD meminta agar dapat diakomodir melalui Pokok-Pokok Pikiran.
“Mereka (OPD) berharap bisa masuk dan selaras dengan RPJMD Kabupaten Paser,” sambungnya.
Namun sebelum dimasukkan dalam Pokir, DPRD meminta agar data teknis secara detail, khususnya daerah tangkapan air. Sehingga jika telah didapati kurangnya tangkapan air dapat dicarikan solusi melalui Pokir.
“Bisa kami masukkan dalam Pokir. Selama ini anggota DPRD tidak pernah memperhatikan itu, pemerintah tidak menyerahkan data ke kami. Agar kiranya bisa saling berkoordinasi, mana data _catchment_ area (tangkapan air, Red) dan beberapa hal teknis lainnya,” beber Hendrawan.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Paser, Edwin Santoso, mengatakan perlu adanya solusi konkrit dari pemerintah daerah dan harus segera berkoordinasi antara pemangku kebijakan dalam penangan banjir khususnya di Kecamatan Tanah Grogot.
“kami ingin adanya solusi konkrit dalam penanganan banjir, beberapa titik wilayah setelah kami sidak masih ditemukan drainase yang menuju Sungai Kandilo tidak berfungsi lagi,” tutur Edwin.
Disebutkan adanya beberapa wilayah yang menjadi titik terparah akibat banjir, yakni Jalan Senaken, Cokro Aminoto, dan daerah dekat Masjid Agung Nurul Falah, ia menyatakan drainase yang ada dinilai kurang efektif karena jalurnya yang berliku tidak langsung menuju sungai.
“Drainase di Desa Senaken saja jalurnya belok sana sini dulu, kalau bisa dibuat langsung menuju ke sungai,” jelasnya.
Disamping itu, perlu penanganan serius dari Pemkab Paser untuk mengatasi persoalan banjir, mengingat juga apabila semakin bertambahnya jumlah penduduk dinilai akan lebih sulit mengatasi hal tersebut.
“Pemkab Paser harus betul-betul serius menangani ini, apalagi penduduk semakin meningkat sehingga padat, dan nantinya akan sulit untuk ditangani,” pungkas Politisi PKB ini. (BHA)
Discussion about this post