Penajam Paser Utara, Borneoupdate.com- Sebagai bentuk dukungan konektivitas dari Ibu Kota Negara (IKN), Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menargetkan, akhir tahun 2020 pembangunan Jembatan Pulau Balang II akan selesai lebih cepat dari target kontrak pekerjaan yang seharusnya selesai pada tahun 2021. Untuk diketahui, progres pembangunan jembatan yang berada di atas Teluk Balikpapan tersebut, hingga Desember tahun ini sudah mencapai 71 persen.
“Dengan adanya rencana Ibu Kota Negara (IKN) baru di Provinsi Kalimantan Timur, maka jalan akses di sisi Penajam yang dikerjakan oleh Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara dan jalan akses Balikpapan oleh Pemerintah Provinsi Kaltim akan saya dorong untuk dapat diselesaikan juga,” kata Menteri Basuki saat meninjau pembangunan Jembatan Pulau Balang II
Diungkapkan Menteri Basuki, sedang dikaji rencana menyambungkan jembatan tersebut dengan jaringan Jalan Tol Balikpapan menuju kawasan IKN. “Selain jalan provinsi tersebut, kita juga lagi mempertimbangkan rencana untuk menghubungkan Jembatan Pulau Balang II dengan jalan tol, sehingga akses menuju IKN lebih lancar dan nyaman, tidak banyak berkelok-kelok seperti yang kita lalui saat meninjau tadi,” ujarnya.
Dikatakan Menteri Basuki, kehadiran Jembatan Pulau Balang II akan memperlancar konektivitas antara Samarinda, Balikpapan dengan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kabupaten Penajam Paser Utara. Selain itu, Jembatan Pulau Balang II juga akan meningkatkan konektivitas pada Lintas Selatan Kalimantan, sebagai jalur utama angkutan logistik karena jarak dan waktu tempuh semakin singkat.
Saat ini, kendaraan dari Balikpapan menuju Penajam Paser Utara dan Kota Banjarmasin di Kalimantan Selatan serta kota lainnya, harus memutar dengan jarak mencapai 100 km atau waktu tempuh sekitar 5 jam.
Dengan adanya jembatan tersebut, nantinya jarak akan menjadi lebih pendek hanya sekitar 30 km dan perjalanan dapat disingkat hanya dalam waktu satu jam. Selain sebagai penghubung jaringan jalan poros selatan Kalimantan, jembatan ini juga mendukung rencana pengembangan pelabuhan peti kemas dan kawasan industri Kariangau.
Konstruksi jembatan tipe cable stayed ini terdiri dari bentang utama sepanjang 804 meter, jembatan pendekat sepanjang 167 meter dan jalan akses sepanjang 1.807 meter. Biaya pembangunan jembatan ini menelan biaya mencapau Rp 1,38 triliun.
Saat ini progres konstruksi Jembatan Pulau Balang II sudah memasuki proses pengecoran lantai jembatan dan pemasangan cable stayed jembatan. Salah satu tantangan dalam pembangunan jembatan tersebut, adalah faktor teknis terkait pemasangan bored pile karena terdapat lapisan batu yang sangat keras, sehingga harus mengubah metode pemancangannya. Sementara tantangan lainnya adalah memasuki musim hujan 2019/2020, angin dan arus laut yang kuat.
Jembatan tersebut nantinya akan dilengkapi teknologi structural health monitoring system (SHMS), berupa sensor yang berfungsi untuk memantau kondisi kesehatan konstruksi jembatan. Pusat pemantauan tersebut saat ini sedang dibangun dibawah Jembatan Pulau Balang II. Menurutnya sensor seperti itu sudah diaplikasikan pada empat jembatan lainnya di Indonesia, yakni Jembatan Sura madu (Surabaya-Madura), Jembatan Ir. Soekarno di Manado, Jembatan Merah Putih Ambon, dan Jembatan Musi IV Palembang.
Turut hadir dalam tinjauan tersebut Direktur Jalan Bebas Hambatan dan Perkotaan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian, Kepala Pusat Bendungan Kementerian PUPR Ni Made Sumiarsih, Direktur Sungai dan Pantai Jarot Widyoko, Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan BPIW Manggas Rudy Siahaan, Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XII Budiamin, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III Samarinda Anang Muchlis, Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Kaltim Ditjen Cipta Karya Sandhi Bramono dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S. Atmawidjaja. (*/TS1982)
Discussion about this post