Balikpapan, Borneoupdate.com – Manusia pasti punya perasaan. Justru rasa-rasa yang berbeda itu membentuk jenis kemanusiaan. Tak perlu heran adanya jenis orang peduli dan cuek dalam satu soal yang sama. Itu memang intinya tentang rasa manusianya saja. Bagian ketiga tulisan ini menjadi pengingat perlunya rasa kemanusiaan dalam memandang bantuan bagi korban bencana alam.
Malam itu kami bersiap-siap tidur. Hujan yang turun sedari siang cukup setia hingga malam menjelang. Jadilah kami sambil memberi kabar kepada keluarga masing-masing sebelum beranjak tidur. Aku pun usai menggosok gigi langsung saja merebahkan diri. “Matikan kah lampunya. Kan biasa mas Fuad tidurnya suka gelap,” kata kang Solihin, bendahara Kokam Kaltim.
“Ngapain dimatikan. Tidur itu bukan di mati lampu. Tapi di mata,” timpal Tamam Habibi, Komandan Kokam Kaltim. Aku pun sebenarnya ingin mematikan lampu. Tapi ternyata saklar lampu berada di luar ruang. Yang jelas aku sendiri tidak tahu itu. Akhirnya kami tidur dalam kondisi lampu menyala.
Azan subuh berkumandang di masjid komplek pusat Dakwah Muhammadiyah Lumajang. Kami berlima bangun dan bersiap menuju masjid. Tapi kami tidak bisa menghadiri sholat subuh berjamaah ketika itu. Karena pintu keluar gedung pusat dakwah terkunci. Mas Latif yang menjadi penjaga ternyata sedang tidak ada. Lalu kami kembali lagi ke lantai dua dan menggelar sholat berjamaah.
Usai sholat kami membahas kegiatan hari ini. Rencananya ke lahan pembangunan ruang kelas TK di pusat relokasi Semeru. Subuh itu kami juga mendapat kabar kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (01/10). Kota ini tidak jauh jaraknya dari posisi kami di Kabupaten Lumajang. Hanya sekitar 2 jam dari lokasi saat ini.
Peristiwa kerusuhan terjadi usai pertandingan. Persebaya Surabaya memenangkan laga di kandang Arema Malang dengan skor 3 : 2. Laporan di media massa menyebutkan 125 korban meninggal dunia akibat kerusuhan ini. Hampir semua korban meninggal akibat kehabisan oksigen. Karena berdesakan dan terkena gas air mata.
Padahal FIFA secara jelas sudah melarang penggunaan senjata api dan gas pengendali massa. Itu termaktub dalam pasal 19 b peraturan FIFA tentang pengamanan dan keamanan pertandingan sepak bola di stadion. Kokam Kaltim secara resmi juga memberikan ucapan belasungkawa terhadap korban kerusuhan Kanjuruhan.
Kami pun bersiap menuju titik pembangunan ruang kelas TK ABA Semeru. Pihak kontraktor sudah membuat janji pengerjaan awal pembangunan. Meliputi pemasangan bow plank, penggalian pondasi dan peletakkan batu pertama. Sebelum itu kami sarapan terlebih dahulu dan mengantar Tamam Habibi yang pulang ke Samarinda di hari itu.
“Berat kalau komandan pulang duluan,” tulis cak Nono sambil memposting foto Tamam yang naik ke bus patas menuju Surabaya. Komandan Kokam ini harus kembali ke rutinitas pekerjaannya sebagai staf salah satu fraksi di DPRD Kaltim. Tinggallah kami berempat melanjutkan proses pembangunan TK yang masih tersisa.
Mobil kami mulai mengaspal menuju pusat relokasi warga terdampak erupsi Semeru. Kali ini kami melalui jalur Tumpeng yang menjadi akses terdekat menuju lokasi tersebut. Cuaca yang mendung menghalangi pandangan ke gunung Semeru yang biasa terlihat di pagi hari. Tapi aku masih sempat mengambil video gunung Semeru sebelum tertutup kabut.
1 jam berselang kami tiba di lokasi pembangunan TK. Kontraktor pelaksana ternyata belum tiba. Tapi 10 menit kemudian pak Abdullah sampai di lokasi. Dirinya mengaku mengalami kemacetan di jalur lain sehingga harus memutar. Itu sama dengan yang kami alami di hari sebelumnya. Kedua pihak kemudian langsung melakukan penandatanganan perjanjian kerja.
“Sah ini sudah pak ya. Termin pertama kami bayar 30 persen. Selanjutnya nyusul sesuai progres di perjanjian kita,” ujar Iwan sebagai pimpro pelaksana pembangunan TK ABA. Dia pun meminta KSO Kokam Kaltim, Rohiman, untuk mengirimkan dana awal pembangunan ke pihak kontraktor. Tidak menunggu lama dana sudah masuk beserta bukti transfernya.
Kami bersama kontraktor pelaksana beranjak ke titik lokasi pembangunan TK. Para pekerja sudah menunggu untuk memulai pekerjaan. Sekitar 8 pekerja ada di lokasi itu. Pak Abdullah dengan cekatan menginstruksikan kepada mandor melakukan pemasangan bowplank dan penggalian pondasi. Termasuk menyiapkan spanduk pembangunan gedung TK ABA.
Material bangunan mulai berdatangan berupa batu gunung, pasir hingga semen. Bahkan pak Abdullah juga mempersilahkan perwakilan kami melakukan peletakan batu pertama pembangunan TK ABA. Iwan selaku pimpro dari MDMC Kaltim pun menandai pelaksanaan proyek dari hasil donasi warga Muhammadiyah Kaltim. Lalu disusul Solihin selaku bendahara Kokam dan cak Nono dari perwakilan relawan.
Usai itu, kami berpamitan kepada kontraktor pelaksana beserta para pekerjanya. Kami akan menunggu laporan progress pembangunan yang ditargetkan selama 45 hari ke depan. Mengingat pihak MDMC Kaltim berharap peresmian TK ABA Semeru bisa terlaksana sebelum kegiatan muktamar Muhammadiyah di Solo pada November mendatang.
“Ini prosedur yang selama ini kita lakukan. Membantu harus berkelanjutan. Makanya Muhammadiyah kalo membantu sampai recovery. Soalnya tidak banyak organisasi yang bantu setelah tanggap darurat berakhir,” ujar Iwan lagi.
Memang kegiatan kemanusiaan itu membutuhkan ketahanan. Baik relawannya maupun programnya yang harus berkelanjutan. Karena memang tujuan utama penanggulangan kebencanaan di Muhammadiyah itu menggembirakan kemanusiaan. (FAD)
Discussion about this post