Samarinda, Borneoupdate.com – Pandangan masyarakat seputar naskah kuno masih terbatas pada nilai benda bersejarah saja. Banyak pemilik manuskrip itu yang tidak memahami kandungan isi dari naskahnya. Padahal Indonesia termasuk kaya naskah bersejarah yang memerlukan pelestarian demi generasi berikutnya.
Pustakawan DPK Kaltim, Patimah Irny, menyayangkan kurang terawatnya naskah kuno. Banyak pemilik yang melakukan perawatan dengan ala kadarnya tanpa mengetahui teknik yang tepat. Akibatnya, usia naskah kuno tidak panjang, dimakan rayap bahkan sebagian menjadi lapuk termakan usia.
“Di sini menjadi tugas kami melakukan pelestarian. Yakni lewat alih media terhadap koleksi dan melakukan penerjemahan untuk meluaskan akses informasi,” ujarnya.
Patimah cukup mengkhawatirkan koleksi naskah kuno yang disimpan secara perorangan. Karena banyak yang menyimpan dalam kondisi seadanya. Seperti hanya terbungkus dan ditaruh di dalam kotak (peti) tanpa memerhatikan suhu dan kelembaban ruangan.
“Hal ini akibat dari minimnya pengetahuan bagaimana cara mengelola dan merawat naskah. Makanya, tindakan persuasif perlu terus diupayakan. Minimal alih media. Bisa juga naskahnya diserahkan ke kami,” sambungnya.
Untuk itu, menurut Patimah, pihaknya memerlukan kader pelestari naskah di tiap daerah. Salah satu upaya yang bisa dilakukan misalnya dengan menggandeng perusahaan atau BUMD, memanfaatkan dana CSR untuk kegiatan digitalisasi naskah/ “Agar generasi anak cucu kita bisa menikmati koleksi buku, naskah dan literatur yang kita miliki,” tambahnya. (*/Adv/YUL)
Discussion about this post