Banda Aceh, Borneoupdate.com – Nama Rara, pawang hujan yang sudah dikenal luas di Indonesia, kembali mencuat dan menjadi perbincangan hangat setelah aksinya di PON XXI Aceh-Sumut 2024. Momen Rara menjalankan tugasnya sebagai pawang hujan di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, terekam dalam sebuah video yang kemudian menyebar dengan cepat dan menjadi viral di media sosial.
Dalam video yang beredar, terlihat Rara berjalan perlahan menyusuri tepi stadion dengan pandangan yang terarah ke langit, sambil membawa peralatan khas yang sering digunakan dalam ritual pawang hujan. Dengan gaya yang sudah menjadi ciri khasnya, Rara tampak khusyuk dalam melaksanakan tugasnya. Namun, aksi Rara kali ini justru memicu reaksi beragam dari masyarakat, terutama karena hujan yang turun di wilayah tersebut malah semakin deras setelah aksinya.
Fenomena ini menimbulkan berbagai spekulasi di kalangan netizen. Banyak yang bertanya-tanya apakah upaya Rara kali ini berhasil atau justru sebaliknya. Sebagian orang mengaitkan semakin derasnya hujan dengan aksi Rara, meskipun faktanya cuaca memang sulit diprediksi dan tidak bisa dikendalikan sepenuhnya oleh manusia.
Menanggapi kehadiran Rara di acara tersebut, Pengurus Besar (PB) PON XXI 2024 wilayah Aceh angkat bicara. Mereka menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah mengundang atau mendatangkan Rara untuk terlibat dalam acara olahraga tersebut. Pihak PB PON menyatakan bahwa kehadiran Rara bukan bagian dari rencana resmi acara, dan mereka menolak tanggung jawab atas keterlibatannya.
Lebih lanjut, PB PON XXI 2024 Aceh juga menyampaikan bahwa kehadiran pawang hujan dalam acara besar seperti ini bisa menimbulkan kontroversi, terutama di Aceh yang dikenal dengan sebutan Serambi Makkah. Aceh merupakan daerah yang menerapkan syariat Islam secara ketat, dan praktik-praktik yang berbau mistik seperti yang dilakukan oleh pawang hujan sering kali dianggap bertentangan dengan nilai-nilai agama yang dianut mayoritas masyarakat di sana.
Kontroversi ini pun memicu diskusi lebih lanjut tentang relevansi penggunaan pawang hujan dalam acara-acara besar di Indonesia. Sebagian kalangan mempertanyakan apakah tradisi ini masih relevan di era modern, atau seharusnya ditinggalkan demi mengikuti perkembangan zaman. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa pawang hujan merupakan bagian dari kearifan lokal yang seharusnya tetap dihargai dan dilestarikan.
Aksi Rara di PON XXI Aceh-Sumut 2024 ini menambah panjang daftar momen kontroversial yang melibatkan pawang hujan di berbagai acara besar di Indonesia. Terlepas dari perdebatan yang muncul, hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam menyebarkan informasi dan membentuk opini publik.
Discussion about this post