Balikpapan, Borneoupdate.com – Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) kini menempati posisi kedua dalam prevalensi depresi di Indonesia setelah Jawa Barat. Data terbaru menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam kasus-kasus depresi. Kondisi ini tentu menjadi sorotan penting bagi kesehatan mental masyarakat. Khususnya terkait fungsi pendidikan sebagai wadah pencegahan depresi.
Anggota DPR RI daerah pemilihan Kaltim, Hetifah Sjaifudian menyebut dari data prevalensi depresi yang ada sudah di atas ambang batas. Situasi ini memerlukan perhatian serius, terutama di tengah berbagai tantangan sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat di provinsi ini. Khususnya soal ekonomi. Tidak semua warga Kaltim merasakan manfaat kekayaan sumber daya alamnya.
“Soal kesehatan mental kita tidak bisa abai. Terutama orang kenal kawasan ini kaya sumber daya alam. Tapi ternyata menghadapi masalah yang kompleks,” ujarnya dalam diskusi peran pendidikan dalam penyiapan SDM unggul, Jumat (18/10).
Menurut Hetifah, tidak semua penduduk merasakan manfaat SDA yang katanya kaya. Kondisi itu berdampak pada tidak meratanya distribusi kekayaan dan rendahnya lapangan kerja. Otomatis tingkat stres dan kecemasan di kalangan masyarakat menjadi naik. Apalagi mereka yang masih tergolong kalangan kaum muda.
“Ini mengindikasikan generasi muda Kaltim menghadapi tantangan mental yang tidak ringan. Perpindahan IKN juga pasti ada dampak positif dan negatifnya. Kita tentu harus siap dan menghadapi kondisi tersebut,” lanjutnya.
Untuk itu, lanjut Hetifah, pihaknya menilai sektor pendidikan berperan penting dalam pembinaan kesehatan mental generasi muda. Meski seluruh pihak wajib terlibat aktif mencegah semakin tingginya tingkat depresi. Di mana tekanan sosial dan ekspektasi berlebihan menduduki peran penting. Di sini perlunya keterlibatan orang tua sebagai penyeimbang pendidikan di sekolah.
“Makanya saya bilang kunci kesehatan mental sejak dari rumah. Makanya perlu sinkronisasi antara rumah dan sekolah. Di situ letak peran penting orang tua. Tidak bisa hanya mengandalkan di sekolah,” tuturnya lagi.
Hetifah berharap pemerintah dan berbagai lembaga kesehatan mulai menyadari pentingnya penanganan kesehatan mental. Mengingat sudah ada program yang telah dicanangkan. Mulai penyuluhan mengenai kesehatan mental hingga peningkatan akses terhadap layanan kesehatan jiwa. Namun, upaya yang ada masih perlu penguatan agar memberikan dampak yang signifikan.
“Tingginya prevalensi depresi di Kaltim menjadi alarm bagi semua pihak. Kesadaran akan isu ini harus meningkat. Kami minta semua pihak mendukung penanganannya. Pemprov Kaltim sudah saatnya peduli terhadap kesehatan mental warganya,” tambahnya. (*/FAD)
Discussion about this post