Balikpapan, Borneoupdate.com – Pemerintah Kota Balikpapan memastikan pembangunan Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) tidak sekadar penyediaan fasilitas fisik. Lebih dari itu, RBRA menjadi sarana penting untuk memperkuat kohesi sosial sejak usia dini, melalui pendekatan yang inklusif dan berorientasi sosial.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan, Heria Prisni, menekankan pentingnya membangun ruang kebersamaan lintas identitas dalam setiap RBRA yang dikembangkan. Menurutnya, anak-anak harus belajar hidup berdampingan tanpa sekat sosial, ekonomi, maupun budaya.
“Kami membangun RBRA dengan pendekatan inklusif dan sosial. Artinya, ruang bermain ini tidak hanya untuk bersenang-senang, tapi juga untuk belajar hidup bersama dalam perbedaan,” ujarnya, Kamis (19/06).
Pemerintah Kota, kata Heria, merancang RBRA sebagai tempat bertumbuhnya nilai-nilai toleransi, empati, dan solidaritas sejak dini. Ia meyakini bahwa interaksi sosial yang sehat di ruang publik dapat mencegah terbentuknya sekat-sekat sosial yang kerap muncul dalam kehidupan masyarakat perkotaan.
“Ruang bermain itu bukan sekadar tempat anak memanjat atau berlari. Di sana, mereka belajar antri, berbagi, berteman tanpa memandang latar belakang. Di situlah nilai-nilai sosial terbentuk secara alami,” jelasnya.
Heria menyebut bahwa masa depan kota sangat ditentukan oleh cara masyarakat memperlakukan anak-anak saat ini. Ia menegaskan bahwa RBRA harus menjadi simbol kepedulian kota terhadap generasi penerus, bukan hanya proyek pembangunan biasa.
“RBRA bukan hanya proyek fisik, tetapi juga simbol kota yang peduli dan bertanggung jawab terhadap masa depan generasi mudanya. Kami ingin warga merasa memiliki dan turut menjaga keberlangsungannya,” tuturnya lagi.
DP3AKB menggandeng berbagai unsur, seperti kader PKK, forum anak, tokoh masyarakat, hingga sekolah, dalam perencanaan dan pemanfaatan RBRA. Heria menilai kolaborasi ini penting agar ruang bermain benar-benar hidup dan relevan dengan kebutuhan anak-anak di lingkungan masing-masing.
Melalui pendekatan ini, Heria berharap RBRA dapat menciptakan iklim kota yang ramah, aman, dan penuh empati. Salah satunya dengan dukungan masyarakat, ia meyakini ruang-ruang bermain tersebut akan menjadi fondasi kuat bagi masa depan kota.
“Kami ingin RBRA menjadi milik bersama. Ketika masyarakat merasa terlibat sejak awal, mereka akan lebih peduli terhadap keberlanjutannya. Agar kota ini akan tumbuh sehat bila anak-anaknya tumbuh dalam ruang yang saling menguatkan,” pungkasnya. (Adv/SUS)
Discussion about this post