Balikpapan, Borneoupdate.com – Keberadaan Womanpreneur atau usahawan perempuan memiliki peran strategis untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Hal itu terbukti dengan semangat dan daya juang yang dimiliki perempuan-perempuan tangguh ini. Usaha mereka bukan saja dalam upaya mempertahankan keluarganya di wilayah domestik tetapi juga membangun kesadaran terhadap kondisi sosial, ekonomi, politik dan juga fenomena ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya.
Tidak berlebihan kiranya kalau kaum perempuan Indonesia yang berjumlah lebih dari separuh penduduk ini diakui sebagai kekuatan bangsa dan negara dengan potensinya yang luar biasa. Sebagai bentuk apresiasi terhadap para usahawan wanita ini, Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) menggelar seminar online (webinar) yang mengangkat tema “Peran Serta Wirausahawan Perempuan Untuk Meningkatkan Ekonomi Masyarakat”.
Adapun narasumber yang hadir dalam webinar yakni binaan PHK T di kabupaten Penajam Paser Utara berjumlah tiga orang. Yakni Siti Rukiyah, Ketua KUW Bina Bersama Kabupaten PPU, Salbiyah, Ketua Koperasi LPP PPU, dan Emy Alaydrus, Ketua IPEMI Balikpapan.
Dalam pemaparannya, Ketua KUW Bina Bersama Kabupaten Penajam Paser Utara, Siti Rukiyah menceritakan upaya mereka memanfaatkan buah pohon mangrove. Meski saat itu kebanyakan masyarakat beranggapan buah yang banyak tumbuh di sepanjang pesisir pantai Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) ini tidak dapat dikonsumsi dan hanya sebagai makanan kera atau monyet yang hidup di hutan mangrove. Tapi siapa sangka jika buah ini diolah menjadi bahan campuran sebuah makanan yang akan menimbulkan cita rasa yang cukup enak dan dapat dinikmati oleh manusia.
“Banyak yang dulu mengejek saya saat awal mula mengajak masyarakat. Paling susah mengajak waktu itu. Saat ini pun masih banyak yang belum mengerti hal itu. Tapi saya sama suami saya tetap mengajak mereka memanfaatkan dan melestarikan mangrove ini,” ujarnya.
Untuk pemasaran, lanjut Siti, lebih banyak memanfaatkan aplikasi media sosial yang banyak diakses masyarakat. Sehingga pesanan dari lokal maupun luar daerah cukup banyak diterima KUW. Sementara kendala utama yang dihadapi terkait mahalnya ongkos kirim yang harus ditanggung pembeli untuk barang pesanannya.

“Responnya cukup positif. Seperti produk bolu mangrove cukup banyak pembelinya. Belum lagi kue-kue kering. Sedangkan kendala pemasaran biasa soal ongkos pengirimannya ke luar daerah. Seperti Palembang, Bogor dan Jakarta,” tuturnya.
Adapun Salbiyah, Ketua Koperasi LPP PPU, yang bergerak sebagai sentra produksi menyampaikan keluhan penurunan omzet yang terjadi saat pandemi Covid-19. Hal itu berkaitan dengan turunnya daya beli masyarakat yang sebelumnya cukup tinggi. Terutama untuk komoditas oleh-oleh yang menjadi primadona sebelum terjadi pandemi.
“Kami mencoba kerjasama untuk memasok oleh-oleh dengan instansi terkait seperti pemerintah dan Kodim PPU. Alhamdulillah masih berjalan sampai saat ini meski tidak seramai dulu,” ujarnya.
Sedangkan kendala yang dihadapi lanjut Salbiyah, selain volume pemesanan yang terjun bebas akibat pandemi Covid-19 juga kesulitan bahan baku. Salah satunya komoditas rumput laut yang tergantung dengan tingkat keberhasilan panen para petani di daerah penghasil.

Pembicara terakhir, Ketua IPEMI Balikpapan, Emy Alaydrus menyampaikan kekagumannya terhadap kiprah UMKM yang mampu bertahan di masa pandemi seperti saat ini. Salah satunya dengan mendorong pelaku usaha untuk berpindah ke basis aplikasi media sosial dalam pemasaran produknya. Hal itu menjadi solusi untuk bertahan dalam kondisi ekonomi di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini.
“insyaAllah kita akan bisa bangkit melalui UMKM. Tapi perlu perhatian juga dari pemerintah dan BUMN. Kami siap terus mewadahi keberadaan kelompok usaha ini melalui IPEMI. Mungkin bisa manfaatkan WA bisnis yang lebih ekonomis,’ ucapnya.
Emy juga menambahkan dalam kondisi ini sangat terlihat pentingnya perhatian pemerintah dan BUMN dalam mendukung ekonomi dari tingkat bawah. “Saya tidak mengusulkan pelatihan seperti yang sering kita lakukan itu kurang efektif. Lebih baik dilakukan seleksi dari awal. Kemudian yang tersaring baru diikutkan pelatihan intensif dengan biaya pemerintah,’ tambahnya.
Sementara Asisten Manager CSR PHKT, Dharma Saputra mengatakan pihaknya sudah menjalankan program bantuan bagi masyarakat sekitar wilayah operasional PHKT melalui program CSR. Hal itu juga dibarengi dengan sinergi dengan pemerintah setempat di daerah operasi PHKT.
“Hampir semua peserta ini adalah kaum perempuan. Intinya yang kami kembangkan bagaimana meningkatkan ekonomi masyarakat. Mengingat usaha mikro cukup tinggi menyerap tenaga kerja,” jelasnya.
Untuk menghadapi saat pandemi ini, menurut Dharma, pihaknya terus mengusahakan stimulan dan diversifikasi terhadap produk usaha yang menjadi binaan PHKT. “Kami siap terus dukung kualitas produk UMKM. Salah satunya KUW ibu Rukiyah yang sampai mendapat penghargaan tingkat nasional,” tutupnya. (SAN)
















Discussion about this post