Balikpapan, Borneoupdate.com – SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi (Kalsus) kembali menggelar seminar online (Webinar) bersama jurnalis pada Rabu (07/10) siang. Webinar kali ini diikuti sebanyak 130 lebih partisipan dari wartawan dan non-wartawan yang bertugas di Kalimantan dan Sulawesi.
Webinar kali ini mengangkat tema “Media Digital Kini & Tantangan Masa Depan” dengan menghadirkan narasumber wartawan senior Tempo Wahyu Muryadi, CEO Media Group M. Mirdal Akib dan Anggota Komisi VII DPR RI, Dyah Roro Esti dengan moderator Jurnalis JTV Agnes Santoso.
Dalam paparannya, wartawan senior Tempo Wahyu Muryadi mengatakan tantangan utama media massa hari ini yakni perubahan sistem konvensional ke digital yang serba cepat. Sehingga peristiwa yang terjadi sudah bisa diketahui orang banyak dalam waktu cepat tanpa harus menunggu dicetak atau disiarkan di media elektronik.
“Tapi jangan sampai media digital ini hanya mengandalkan kecepatan tetapi tidak mempertimbangkan keakuratan, sebab ini masalah trust atau kepercayaan,” paparnya.
Wahyu mengakui media digital memiliki keunggulan dari segi kecepatan menyampaikan informasi, tetapi sesuai kode etik jurnalistik sebuah pemberitaan tetap harus mengutamakan keakuratan. Namun faktanya berita yang disajikan di media sosial ternyata prosentase trust-nya masih di bawah 20% meski menduduki posisi teratas dari segi aksesnya.
“Dari beberapa hasil survei TV dan radio news masih mendapat kepercayaan masyarakat hingga 58%, disusul media cetak 47%, media online sekitar 39%, lalu majalah 26% dan terakhir media sosial sekitar 18%,” lanjutnya.
Sementara CEO Media Group, M. Mirdal Akib menilai setiap pengelola media digital harus memiliki kualitas SDM yang mumpuni. Sebab setiap perusahaan media digital dalam merekrut karyawan tidak melihat lulusan sekolah atau perguruan tinggi terkenal, tetapi ketika direkrut karyawan tersbut langsung bisa menghasilkan suatu karya.
“Ketika karyawan direkrut langsung diberi proyek untuk digarap. Kalau di televisi langsung diberi kamera video dan langsung melakukan peliputan,” kata Mirdal.
Untuk itu, ia mengungkapkan, dalam bekerja di media digital tidak perlu kuliah empat sampai lima tahun tetapi cukup pendidikan lima sampai delapan bulan. “Kenapa singkat, karena hanya untuk melatih skill sesuai pekerjaan yang dibutuhkan,” ujarnya.
Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI, Dyah Roro Esti menjelaskan, yang menjadi tantangan media digital kedepan yaitu masalah infrastruktur. Seperti fasilitas untuk jaringan internet.
“Sampai saat ini masih banyak daerah atau wilayah yang belum bisa dijangkau oleh akses internet. Nah ini merupakan tugas dari pemerintah untuk memfasilitasi baik pemerintah pusat maupun daerah,” kata Roro.
Ia mencontohkan, disaat pandemi Covid-19 saat ini ada pelajar dan mahasiswa yang kesulitan belajar daring atau online karena tidak didukung oleh jaringan internet yang baik. Apalagi pelajar-pelajar yang ada di pedalaman.
“Jadi saya kira untuk memaksimalkan media digital ini perlu dukungan fasilitas jaringan internet yang memadai dan hal ini telah dibahas oleh teman-teman di DPR,” akunya.
Selain itu, terang Roro, masih banyak masyarakat yang belum paham tentang teknologi digital khusunya di wilayah pedesaan. “Masih banyak kok masyarakat yang belum paham tentang internet. Bahkan untuk menelepon aja ada yang belum bisa. Makanya tugas dari pemerintah dibantu perusahaan-perusahan untuk melakukan sosialisasi sekaligus memberikan pelatihan teknolog digital kepada masyarakat,” pungkasnya. (TS)
















Discussion about this post