Balikpapan, Borneoupdate.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Balikpapan memperkirakan awal musim kemarau pada Agustus ini. Hal itu hasil berdasarkan hasil pemantauan kondisi di lapangan. Di mana pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sedang memonitor dan mengevaluasi daerah rawan bencana kabupaten dan kota se-Kalimantan Timur.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Bandara SAMS Sepinggan, Kukuh Ribudiyanto menyebut musim kemarau tahun ini bakal singkat. Apalagi curah hujan dengan intensitas sedang masih terjadi di sejumlah kabupaten kota. Otomatis musim kemarau di wilayah ini biasanya lebih singkat dibandingkan Pulau Jawa. Hal ini disebabkan oleh letak geografis Kaltim yang dekat dengan garis khatulistiwa.
“Jadi musim kemarau di Kaltim diperkirakan akan dimulai pada dasarian pertama Agustus 2024, yang mencakup periode antara 1 hingga 10 Agustus,” ujarnya dalam rakor bersama BPBD Kalimantan Timur pada di Hotel Grand Senyiur, Sabtu (26/07).
Meski begitu, lanjut Kukuh, kemarau di Kaltim tetap diwarnai turun hujan. Kondisi ini disebabkan oleh karakteristik iklim tropis Kaltim yang cenderung mengalami hujan secara sporadis meskipun musim kemarau telah tiba. Pihak BMKG juga menyebut enam kabupaten/kota bakal mengalami awal musim kemarau. Yakni Paser, PPU, Balikpapan, Kukar, Samarinda dan Berau.
“Ini harus jadi perhatian kita bersama. Bahwa bencana bisa terjadi kapan saja. Kan meski musim kemarau curah hujan masih dapat terjadi sepanjang tahun. Perkiraan kita ada enam daerah yang masuk musim kemarau sebentar lagi,” jelasnya.
Untuk itu menurut Kukuh, BMKG juga memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang mungkin terjadi. Meskipun musim kemarau akan dimulai, BMKG memperingatkan bahwa hujan dengan intensitas menengah masih bisa terjadi hingga pertengahan Agustus 2024. Maka ada potensi risiko lainnya yang perlu diwaspadai selama periode ini.
“Bencana kita biasa kan tanah longsor. Itu di daerah yang mengalami penurunan curah hujan secara drastis, yang dapat mempengaruhi kestabilan tanah. Lalu banjir dan pohon tumbang. Dampaknya bisa kemacetan lalu lintas. Atau kerusakan jaringan listrik,” tuturnya lagi.
Kukuh juga menyoroti pentingnya kesiapan menghadapi perubahan cuaca yang mendadak. Ia menjelaskan bahwa perubahan ini dapat menyebabkan hujan lebat disertai petir, angin kencang, bahkan puting beliung akibat awan cumulonimbus yang terbentuk. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk memantau perkembangan cuaca secara berkala dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan perubahan cuaca yang ekstrem.
“Masyarakat bisa mengupdate informasi terbaru dalam menghadapi perubahan cuaca. Ini bisa jadi langkah mitigasi bencana. Dengan adanya informasi ini, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan siap menghadapi perubahan cuaca yang mungkin terjadi dan dapat mengurangi risiko,” tambahnya. (SAN)
Discussion about this post