Balikpapan, Borneoupdate.com – Pemerintah Kota Balikpapan memfokuskan pembangunan Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) di wilayah padat penduduk. Langkah ini menandai keseriusan Pemkot dalam mengatasi ketimpangan akses ruang publik bagi anak-anak yang tinggal di kawasan dengan keterbatasan lahan.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan, Heria Prisni, mengatakan pihaknya telah melakukan koordinasi intensif. Yakni dengan melibatkan kelurahan dan dinas teknis untuk menyesuaikan pembangunan RBRA dan kondisi riil di lapangan.
“Kami menargetkan pembangunan RBRA di wilayah padat penduduk sebagai prioritas utama. Anak-anak di daerah seperti itu sering kali kekurangan ruang aman untuk bermain dan berekspresi. Ini yang kami ingin perbaiki,” ujarnya, Ahad (22/06).
Menurut Heria ketimpangan akses terhadap ruang bermain dapat memengaruhi tumbuh kembang anak secara signifikan. Terutama dalam hal perkembangan sosial, emosional, dan fisik. Oleh karena itu, pemerintah mendorong pendekatan yang lebih merata dalam pembangunan RBRA agar manfaatnya terasa luas dan adil.
“Tidak semua anak di Balikpapan punya akses setara terhadap ruang publik. Maka, kami pastikan pembangunan RBRA menjangkau titik-titik yang benar-benar membutuhkan. Ini soal keadilan bagi anak-anak,” jelasnya.
Menurut Heria DP3AKB juga terus membangun kesadaran kolektif di tengah masyarakat agar ruang bermain tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga bagian dari kepedulian bersama. Melalui kampanye edukatif dan pelibatan warga, ia menginginkan RBRA menjadi bagian integral dari kehidupan sosial masyarakat kota.
“Kami mengajak warga untuk ikut menjaga dan menghidupkan ruang bermain. Kalau masyarakat merasa memiliki, maka fasilitas itu akan bertahan dan memberi manfaat jangka panjang,” tuturnya lagi.
Heria menambahkan, dalam proses pembangunan RBRA, DP3AKB tidak bekerja sendiri. Pihaknya menggandeng dinas teknis, forum anak, tokoh masyarakat, serta kader PKK untuk merancang ruang yang sesuai dengan karakter lokal dan kebutuhan anak-anak. Apalagi program RBRA bukan hanya proyek pembangunan fisik, melainkan bagian dari strategi besar menciptakan Kota Layak Anak yang inklusif dan berkelanjutan.
“Kami ingin ruang bermain yang dibangun benar-benar mencerminkan aspirasi dan kebutuhan komunitas setempat. Program ini jelas bukan proyek jangka pendek. Karena itu, prosesnya melibatkan banyak pihak,” tambahnya. (Adv/SUS)
Discussion about this post