Balikpapan, Borneoupdate.com – Pemerintah Kota Balikpapan terus menunjukkan keseriusan dalam melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan dengan membentuk Kelompok Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) di seluruh kelurahan. Program ini digerakkan langsung oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan sebagai bagian dari upaya membangun sistem perlindungan yang berpihak pada korban.
Kepala DP3AKB Kota Balikpapan, Heria Prisni, mengatakan pihaknya tidak hanya membentuk PATBM sebagai formalitas semata. Ia menegaskan bahwa setiap kelompok mendapatkan pelatihan intensif serta pendampingan agar mampu menangani kasus kekerasan anak secara cepat, tepat, dan berlandaskan hukum.
“Kami latih para kader PATBM agar paham hukum, tahu alur pelaporan, dan mampu memberikan pendampingan awal. Masyarakat kini tidak hanya menjadi saksi. Mereka juga bisa jadi pelindung anak di lingkungannya,” ujar Heria, Jumat (20/06).
Heria menjelaskan bahwa PATBM menjadi garda terdepan dalam pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak. DP3AKB mendorong kader PATBM untuk aktif menggali informasi di lingkungan masing-masing dan melapor ke instansi terkait jika menemukan indikasi pelanggaran hak anak.
“Kami tidak ingin kasus kekerasan terhadap anak terus terjadi tanpa penanganan. Lewat PATBM, kami bangun kesadaran kolektif agar warga berani bersuara dan bertindak saat melihat ketidakadilan,” tegasnya.
Dalam pelaksanaan tugasnya, para kader PATBM juga bekerja sama dengan RT, kelurahan, Babinsa, Bhabinkamtibmas, serta unit perlindungan perempuan dan anak di kepolisian. Mereka berperan sebagai perantara antara korban dengan lembaga layanan, sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai hak-hak anak dan pola pengasuhan yang sehat.
Heria mengungkapkan bahwa selama ini banyak kasus kekerasan pada anak tidak terungkap karena korban takut melapor atau lingkungan memilih diam. DP3AKB ingin memutus siklus tersebut dengan membekali warga agar menjadi pelindung aktif, bukan hanya pengamat pasif.
“Semua kader kami ajarkan cara membangun empati, menjaga kerahasiaan korban, dan menciptakan lingkungan aman bagi anak-anak. Kami ingin PATBM hadir bukan hanya saat terjadi kasus, tetapi menjadi bagian dari keseharian masyarakat,” katanya.
DP3AKB juga terus mengevaluasi kinerja PATBM secara berkala dan memberikan pelatihan lanjutan sesuai kebutuhan di lapangan. Pemerintah berharap keberadaan kelompok ini mampu menekan angka kekerasan anak secara signifikan di Balikpapan.
Dengan semangat kolaborasi dan pendekatan berbasis komunitas, PATBM hadir sebagai solusi nyata dalam membangun kota yang ramah anak. Heria menegaskan bahwa keberhasilan perlindungan anak tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga pada keberanian dan kepedulian warga.
“Kami ingin Balikpapan menjadi kota yang benar-benar aman bagi anak-anak. Semua pihak harus terlibat. Dan PATBM adalah bentuk nyata dari peran aktif masyarakat dalam menciptakan perubahan itu,” tutupnya. (Adv/SUS)
Discussion about this post