Samarinda, Borneoupdate.com – Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Ekti Imanuel, menegaskan dukungannya terhadap pelestarian budaya sebagai bagian dari strategi pembangunan daerah yang inklusif dan berkelanjutan. Hal itu ia sampaikan dalam pembukaan East Borneo International Folklore Festival (EBIFF) 2025, Jumat (25/07).
Menurut Ekti, pembangunan daerah tidak bisa hanya bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam. Ia menilai kebudayaan memiliki nilai strategis, baik dalam menjaga identitas daerah maupun membuka peluang kerja sama ekonomi lintas wilayah. Di mana pemerintah daerah harus mampu menjadikan budaya sebagai salah satu pilar pembangunan berkelanjutan.
“Pelestarian budaya bukan hanya tentang melestarikan tarian, musik, atau tradisi. Lebih dari itu, budaya adalah aset ekonomi yang bisa membuka lapangan kerja dan memperkuat hubungan antar daerah, bahkan antar negara,” ujarnya.
Ekti menjelaskan bahwa festival budaya seperti EBIFF menjadi ruang strategis untuk memperkenalkan kekayaan budaya Kaltim ke panggung internasional. Bahkan ia menyebut kegiatan ini mampu mendatangkan wisatawan, menggerakkan UMKM, hingga memperkuat industri kreatif lokal. Otomatis bernilai ekonomi bagi daerah.
“Setiap kali budaya kita tampil, kita sedang mempromosikan Kaltim ke dunia. Dampaknya langsung terasa, mulai dari sektor pariwisata, kuliner, hingga ekonomi kreatif. Itu sebabnya DPRD Kaltim mendukung penuh acara semacam ini,” ucapnya.
Selain bicara soal ekonomi, Ekti juga menekankan pentingnya pelestarian budaya sebagai jembatan kerja sama antardaerah. Ia meyakini interaksi budaya membuka ruang dialog dan kolaborasi yang lebih luas. Apalagi EBIFF menjadi contoh nyata bagaimana budaya mampu merangkul banyak pihak.
“Kalau kita hanya mengandalkan migas atau batu bara, maka suatu saat akan habis. Tapi budaya akan terus hidup selama kita menjaganya. Budaya membuat kita lebih inklusif. Ketika daerah lain datang, maka terjalin relasi,” lanjutnya.
Sebagai wakil rakyat, Ekti memastikan DPRD Kaltim akan mengawal kebijakan yang berkaitan dengan pelestarian budaya. Ia menegaskan bahwa dukungan tidak boleh berhenti pada seremonial, tetapi harus diwujudkan dalam regulasi dan anggaran. Termasuk mengingatkan agar generasi muda dilibatkan dalam setiap program kebudayaan.
“Kami siap memastikan ada payung hukum dan alokasi anggaran yang memadai untuk mendukung kegiatan budaya. Tanpa itu, pelestarian hanya akan jadi wacana. Tapi ingat anak muda harus menjadi aktor utama. Mereka yang jadi pelanjut kita,” tambahnya. (Adv/ANA)
















Discussion about this post