Balikpapan, Borneoupdate.com – Penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) ke berbagai daerah menimbulkan dampak ke daerah tujuan. Terutama dari segi ketersediaan pasokan hewan ternak di pasaran hingga harga jual ke konsumen. Salah satunya Kota Balikpapan yang mengandalkan pasokan hewan ternak dari daerah di pulau Jawa, Bali dan Sulawesi.
Anggota Komisi II DPRD Kota Balikpapan, Slamet Iman Santoso mengatakan musim ibadah kurban tahun ini berhadapan dengan wabah PMK pada hewan ternak. Tentu pemerintah setempat wajib memberikan jaminan pengamanan ketersediaan stok dan kualitas hewannya. Sementara laporan dari Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) menyebutkan keperluan pasokan sapi mencapai 1.700 ekor.
“Yang jelas tentu menimbulkan rasa khawatir di semua kalangan. Soal stok hewannya, harganya hingga keamanan dagingnya. Jangan sampai berimbas pada kekurangan pasokan sapi menjelang idul adha pada 9 Juli mendatang,” ujarnya, Senin (05/06).
Pihak konsumen, lanjut Iman, tentu kesulitan menaikkan biaya patungan sapi kurban. Karena sudah ada pemberlakuan iuran bagi para jamaah sejak setahun lalu. Di mana biasanya satu sapi merupakan hasil patungan dari 7 peserta. Apalagi jika harga sapinya malah melonjak tinggi melebihi kemampuan para pekurban.
“Intinya kami ingin jangan sampai harganya kelewat tinggi. Biasa kan di pasaran harga naik saat pasokan sedikit. Maka ini tugas pemerintah agar menjaga keseimbangan pasokan hewan ternak dan keterjangkauan harga,” tuturnya lagi.
Menurut Iman semua pihak di Balikpapan terus memperketat pengawasan terhadap hewan ternak yang masuk. Seperti aturan kewajiban menjalani karantina 14 hari di daerah asal sebelum masuk ke Kota Balikpapan. Kemudian saat masuk kota minyak hewan harus menjalani karantina selama tiga hari.
“Kami minta pedagang sapi maupun kambing tidak menaikkan harga jual meskipun pasokan tidak mencukupi. Pasalnya saat ini harga jual kambing di pasaran sudah naik. Padahal jumlah kambing sudah mencukupi kebutuhan di Balikpapan,” tambahnya. (FAD)
Discussion about this post