Balikpapan, Borneoupdate.com- Di tengah perayaan HUT 123 Kota Balikpapan, sejumlah persoalan masih menghinggapi kota yang akan menjadi penyangga Ibukota Negara (IKN) yang baru. Salah satu yang cukup mendesak diselesaikan yakni persoalan kekurangan tenaga guru di sekolah negeri yang masih terjadi tahun ini. Sebab dengan kondisi kurangnya tenaga pengajar, dikhawatirkan akan berdampak pada penurunan kualitas pendidikan di kota minyak.
Berdasarkan data Disdikbud Kota Balikpapan, jumlah guru SMP tercatat sebanyak 1.000 lebih dan 300 orang di antaranya berstatus tenaga honor. Hal yang lebih parah terjadi di tingkat SD, di mana dari 2.200 guru ternyata 50 persen diantaranya tenaga honor.
“Kita ini perlu solusi cepat terkait tenaga pengajar ini, karena sebagian besar masih berstatus tenaga bantuan atau naban dan honor,” kata anggota Komisi IV DPRD Balikpapan, Budiono kepada borneoupdate.com.
Menurut politisi asal PDI Perjuangan ini keterbatasan jumlah tenaga pengajar juga menjadi salah satu kendala utama, jika pemerintah akan merealisasikan penambahan ruang belajar di sekolah negeri. Seiring dengan itu, pemerintah pusat juga mengamanatkan agar jumlah naban dievaluasi. Padahal naban terbanyak di Balikpapan merupakan tenaga pengajar, sehingga jika dikurangi maka jumlah guru di kota ini nantinya semakin tidak seimbang dengan jumlah siswa.
Untuk diketahui berdasarkan data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan, untuk kelulusan siswa SD dan SMP pada tahun 2019 lalu, tercatat siswa SD yang lulus sebanyak 11.087 siswa. Jumlah tersebut jauh melebihi kapasitas daya tampung sekolah SMP Negeri, yang hanya 6 ribu siswa.
Sedangkan untuk lulusan SMP tercatat mencapai 10.330 siswa,sementara daya tampung SMA/SMK negeri yang ada hanya sekitar 5.600 siswa. (FAD)
Discussion about this post