Balikpapan, Borneoupdate.com – Keberadaan media massa diakui cukup terpukul akibat kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini. Tidak hanya media lokal tetapi juga media arus utama (mainstream) yang berkedudukan di ibukota negara. Membahas soal ini, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) Wilayah Kalimantan dan Sulawesi menggelar diskusi online tentang “Jurnalis Bertahan di Tengah Pandemi” di Jakarta, Kamis (10/09) siang.
Hadir sebagai pembicara saat webinar yakni wartawan senior Suryopratomo, Ketua IJTI Sulut Amanda Komaling dan Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid dengan di moderatori Woro Windrati dari Kompas TV.
Dalam sambutannya, Kepala Perwakilan SKK Migas Kalsul, Syaifuddin mengatakan hampir semua sektor industri cukup terdampak dengan kondisi pandemi Covid-19. Kondisi ini terjadi secara global di mana harga minyak terjun bebas, turunnya konsumsi minyak akibat Covid-19 dan fluktuasi kurs valas yang menekan nilai tukar mata uang rupiah.
“Tentunya kami berharap terus dukungan dari teman-teman media semoga operasional media ini terus bisa berjalan dengan baik. Dan kita bisa memberikan kontribusi juga kepada stakeholder termasuk juga kepada rekan-rekan media,” tuturnya.
Dalam sesi webinar, wartawan senior Suryopratomo menegaskan bahwa visi dan misi utama keberadaan media massa sebagaimana diatur dalam UU Pers yakni harus menyampaikan informasi yang mencerdaskan masyarakat. Termasuk menghindari berita yang membingungkan, menyesatkan hingga yang tidak jelas asal usulnya (hoax).
“Secara normatif perusahaan pers bertugas memberikan informasi yang mencerdaskan. Tapi disisi lain perusahaan perlu pemasukan agar tetap bisa hidup. Apalagi di tengah pandemi virus corona (covid-19), pers bisa dituntut jika menyampaikan informasi yang tidak benar,” ujarnya.
Menurut Suryopratomo karya jurnalistik yang disajikan wartawan di lapangan harus menyentuh inti persoalan seputar pandemi Covid-19. Sehingga tidak terkesan hanya memberitakan seputar perkembangan kasus harian hingga pasien sembuh maupun meninggal saja.
“Contohnya soal masker. Media massa harus mampu mengajak masyarakat patuh memakai masker dan menaati protokol kesehatan yang disampaikan pemerintah. Jadi saat itu jadi berita dan dikonsumsi masyarakat, mereka bisa paham pada persoalan yang dihadapi saat ini,” lanjutnya.
Sementara Ketua IJTI Sulut, Amanda Komaling, yang juga jurnalis Metro TV mengatakan media lokal di Manado dan Sulawesi Utara secara umum lebih mampu bertahan di masa pandemi seperti saat ini. Hal itu berbanding terbalik dengan media nasional yang menjerit akibat penurunan pasokan iklan yang menjadi pemasukan utama mereka dalam menjalankan bisnisnya.
“Saya belum dapat data riil dari AMSI. Tapi yang saya temui di Manado, untuk media lokal kebanyakan lebih hidup. Saya melihat justru teman-teman yang membuka perusahaan pers lokal mereka mampu mendapat keuntungan pada masa pandemi ini. Bahkan ada beberapa media yang mendapatkan dana dari google untuk pembiayaan,” ujarnya.
Adapun Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid meminta pemberitaan media massa bisa mengangkat moral masyarakat untuk bersikap positif menghadapi kondisi pandemi. Sebab dengan pemberitaan yang bernilai positif diharapkan bisa memberikan dukungan moral kepada masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari dengan tetap mengusung kode etik jurnalistik.
“Kita di Jakarta akan masuk lagi PSBB ketat mulai 14 September. Jadi teman-teman wartawan juga harus menyesuaikan dengan kondisi ini. Kita belum tahu berapa lama pandemi ini. Semoga cepat kembali normal seperti semula,” tutupnya. (FAD)
Discussion about this post