Balikpapan, Borneoupdate.com – Memberi layanan prima kepada pelanggan bukanlah persoalan gampang. PLN tentu paham sekali bagaimana rasanya. Penyedia setrum milik negara ini sudah akrab asam garam dengan berbagai kondisi. Karena dalam hukum transaksi pembeli adalah raja. Lalu penjual harus siap menghadapi resiko kapan saja.
“Wal isuk umpat PLN kah,” tulis Maulana di chat Whatshapp, Ahad (19/11) malam. Kalimat berbahasa Banjar itu maksudnya mempertanyakan keikutsertaanku di acara PLN pada Senin, 20 Nopember 2023. Dari undangan yang kuterima PLN Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UIP3B) Kalimantan mengundang media. Mereka menggelar kunjungan ke lokasi kerja dan objek vital nasional (Obvitnas) di wilayah Balikpapan.
“OTW laju ini. Tunggu depan gang,” tulis jurnalis KPFM itu Senin (20/11) pagi. Dirinya berboncengan rekan sesama wartawan, Debi Aditya, yang juga Ketua PWI Kota Balikpapan. “Iya atur aja. Infokan amun sudah di km 10,” balasku lagi. Kami pun bertemu di ruas jalan Soekarno-Hatta km. 10 Balikpapan Utara. Kemudian beriringan mengaspal menuju lokasi kantor PLN UIP3B Kalimantan yang berjarak sekitar 5 kilometer dari rumahku.
Sesampainya di pintu gerbang, Maulana turun dan mewakili kami mengisi buku tamu. Masing-masing mendapatkan kartu visitor setelah menitipkan tanda pengenal di meja satpam. Waktu ketika itu menunjukkan pukul 08.30 ketika sampai di ruang acara. Belasan jurnalis lainnya sudah datang dan menunggu di ruangan usai mengisi daftar hadir.
Tak seberapa lama acara pun bermula. Seorang wanita berkacamata tampak maju dan memberikan sejumlah informasi seputar acara. Kegiatan pertama yakni mengunjungi lokasi perbaikan tower 10 Harapan Baru arah Karang Joang. Lokasinya berada di km. 18 tidak jauh dari kantor PLN UIP3B Kalimantan. Kedua adalah diskusi bersama GM PLN UIP3B Kalimantan. Lalu yang ketiga kunjungan ke pusat pengontrol regional yang menjadi Obvitnas.
Usai briefing, para peserta dibagi ke dalam kelompok berisikan delapan orang. Semua wajib mengenakan helm dan mematuhi standar keselamatan. Kami pun bersiap menunggu mobil yang akan membawa ke lokasi. Ternyata yang datang mobil dobel cabin. Otomatis sebagian wartawan harus duduk di bak belakang. Saya bersama Debi dan Maulana memilih duduk yang terbuka.
Rombongan pun mulai mengaspal menuju lokasi. Ada empat mobil dobel cabin yang tergabung. Semula kontur jalan aspal terlihat mulus lalu berubah ketika masuk sebuah gang. Jalannya menyempit, tanahnya merah, berlubang dan naik turun. Kami yang berada di belakang cukup merasakan guncangannya. Namun itu hanya sebentar. 10 menit berlalu tiba juga di lokasi perbaikan.
Kami pun turun dan berkumpul bersama teman lainnya. Tampak di depan ada tim PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan) yang berjumlah enam orang. Mereka sedang bersiap menaiki tower untuk perbaikan. Masing-masing mempersiapkan perlengkapan alat dan pengaman diri. Mulai dari pakaian, helm, kacamata dan yang lainnya. Rencananya ada perbaikan penggantian isolator yang sudah mengalami korosi.
Usai bersiap dan berdoa tim PDKB mulai bergerak ke tower 10 yang menunggu perbaikan. Tower setinggi sekitar 30 meter itu berdiri gagah menyambungkan listrik ke wilayah Balikpapan. “Ini pekerjaan penggantian material isolator saja,” ujar Asisten Manajer PDKB UPT Kaltimra, Mochammad Aziz Shidqi, yang mendampingi kami.
Dia menyebut ada beberapa penyebab perbaikan isolator pada tower dengan tegangan 150kv itu. Seperti pecah kena petir, korosi, tanah bergerak hingga pencurian plat besi. Tantangannya justru ada pada medan menuju lokasi dan kondisi cuaca. Di mana hal itu menentukan tingkat kesulitan saat perbaikan. “Cuaca kalau hujan stop kerja. Kalau tinggi tower berkisar 30 hingga 132 meter. Tergantung medan,” sambungnya.
Satu persatu anggota tim PDKB mulai bergerak naik. Tiga orang segera memproses perbaikan. Disusul tiga yang lainnya merapat ke atas. Peralatan lengkap dan dukungan cuaca membuat pekerjaan tidak terlampau lama. Sekitar 1,5 jam berlalu perbaikan pun rampung. Para wartawan yang menunggu di bawah bergantian mendokumentasikan kegiatan mereka.
Bagiku cukup ngeri melihat ketinggian tower bertegangan tinggi tersebut. Tercatat ada 2.500 tower yang tersebar di Kaltim dengan ketinggian bervariasi. Perbaikan selesai dan rombongan bersiap kembali ke kantor PLN UIP3B Kalimantan. Di sana sudah menunggu kami sang General Manajer (GM), Abdul Salam Nganro.
Panas terik siang itu menemani perjalanan kami. Apalagi bagiku yang kembali duduk di bak belakang. Untungnya jarak antara lokasi tower dengan kantor tidak terlalu jauh. Cukup 15 menit sudah sampai. Kami pun turun dan menikmati santap siang yang tersedia. Disusul melaksanakan sholat zuhur di masjid terdekat.
Waktu menunjukkan pukul 13.30 Wita. Panitia memulai agenda kedua. Yakni diskusi bersama GM PLN UIP3B Kalimantan. “Kalimantan ini tantangannya cukup besar. Geografis dan kontur medan lokasi tower juga beragam,” ujar Abdul Salam Nganro, memulai pembicaraan. Maka tentu PLN membekali tim PDKB dengan berbagai pelatihan intensif. Anggota tim wajib memahami resiko kerja, prosedur hingga pencegahan insiden.
Pria asal Watampone, Sulsel, ini mengisahkan upaya timnya dalam menjaga keandalan pasokan listrik. Terutama saat beban puncak di masa puasa dan lebaran. Di mana proses perbaikan dilakukan tanpa memadamkan aliran listrik ke pelanggan. “Terkadang kita lupa. Mungkin anda enak beribadah, bekerja dan liburan. Tim saya yang di lapangan yang merasakan sulitnya. Lebaran ada yang masih kerja,” tuturnya lagi.
Diskusi dan tanya jawab pun berakhir di pukul 14.30 Wita. Agenda yang tersisa tinggal kunjungan ke pusat pengontrol regional yang menjadi Obvitnas. Para peserta kembali beranjak keluar ruangan. Kami sudah ditunggu pegawai PLN yang bertugas menangani informasi jaringan distribusi listrik sistem Kalimantan. Tampak ada layar besar yang memuat beragam informasi. Khususnya operasi sistem pembangkit dan penyaluran Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT).
“Ini tidak boleh ada foto ya,” ujar petugas yang menerima kami. Sebab lokasi ini merupakan bagian dari Obvitnas yang bersifat rahasia. Acara pun berakhir di pukul 16.00 Wita. Pihak panitia mengajak para jurnalis berfoto bersama sebelum bubar. Saya pun beranjak pulang setelah mengambil lagi kartu identitas di pos satpam. (FAD)
Discussion about this post