Samarinda, Borneoupdate.com – Kelompok milenial memiliki peran strategis dalam penyebaran informasi publik. Karena saat ini, mayoritas pengguna media sosial didominasi oleh kelompok milenial. Untuk itu kelompok milenial perlu memahami peran strategis tersebut agar dapat memilah kebenaran informasi dan turut serta dalam penyebaran informasi publik.
Ketua Komisi Informasi Provinsi Kaltim, Ramaon Dearnov Saragih mengingatkan keterbukaan informasi publik merupakan hak asasi yang terikat dalam diri setiap manusia. Sehingga, seluruh masyarakat berhak meminta dan menuntut penyebaran informasi dari badan publik. Namun ada dampak negatif dari kebebasan informasi ini. Yakni bertebarannya informasi yang palsu dan meresahkan.
“Informasi ini sudah jadi kebutuhan pokok. Tapi ada saja dampak negatifnya. Kata orang siapa menguasai informasi, dia akan menguasai dunia,” ujarnya, Senin (30/10/2023).
Ramon juga meminta kepada kelompok milenial terutama yang berstatus mahasiswa untuk lebih aktif dalam penyebaran informasi publik dan memerangi ancaman hoaks. Karena saat ini alur penyebaran informasi mayoritas didominasi oleh platform media sosial. Dibandingkan dengan arus media arus utama (media massa). Bahkan berpotensi menyebabkan distorsi informasi atau ketidaksesuaian antara informasi yang tersebar dan informasi yang seharusnya disediakan.
Hal itu karena platform media sosial dimiliki oleh setiap orang yang dapat menyebarkan informasi apa pun tanpa proses verifikasi kebenaran.
“Kecenderungan masyarakat sudah mulai bergeser. Dulu orang menerima informasi dari koran dan televisi. Sekarang, orang banyak mengakses informasi dari medsos,. Medsos faktanya seperti itu. Jadi jangan heran kalau banyak info dangkal dan tidak akurat,” tuturnya lagi.
Sementara Plh Kepala DPK Kaltim, Taufik, juga mengingatkan para orang tua untuk menjaga dan memantau perilaku anak-anak mereka saat menggunakan internet. Apalagi tantangan dalam transformasi digital adalah masyarakat yang terhanyut dalam perubahan. Sebab Semakin maju era digital, kadang-kadang bisa merugikan diri sendiri, keluarga dan banyak orang.
“Kita bisa membayangkan betapa aktifnya masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet. Namun, di balik itu, masih ada 20 persen yang terlibat dalam konten pornografi dan 5 persen dalam perjudian online. Kita perlu berhati-hati dengan dunia digital. Ada manfaat dan kerugiannya,” tambahnya. (*/Adv/YUL)
Discussion about this post