Balikpapan, Borneoupdate.com – Indonesia adalah negeri yang kaya akan keberagaman budaya, dimana setiap daerah mulai dari Sabang sampai Merauke memiliki ciri khas budayanya masing-masing.
Salah satu permata terindah dalam khazanah budaya tersebut adalah musik tradisional, seni musik yang lahir dan berkembang di setiap daerah yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Seperti salah satu alat musik tradisional sampeq dari Kalimantan, yang alunan suaranya bukan sekadar rangkaian nada melainkan cerminan identitas nilai-nilai seni budaya, dan gambaran kehidupan masyarakat setempat.
Di tengah gempuran globalisasi dan musik modern keberadaan musik tradisional semakin terpinggirkan, sehingga perlunya langkah-langkah konkret dalam menjaga sekaligus melestarikannya.

Menyikapi hal itu, Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) Cabang Kota Balikpapan menggelar workshop seni musik tradisional, dalam rangka untuk menumbuhkembangkan kecintaan sejak dini generasi muda terhadap warisan budaya musik tradisional.
Workshop sehari dengan tema “Bersama PAPPRI Modernisasi Musik Tradisional, Menjaga Akar Merangkul Masa Depan” yang ditujukan bagi kalangan generasi muda ini, digelar di Cafe Kopi Damai Balikpapan Ocean Square, Sabtu (29/11/2025).
Ketua DPC PAPPRI Balikpapan Yaya Rohayati didampingi Sekretarisnya Franita Polii mengatakan, workshop gelaran PAPPRI kali ini mendapat respon positif, yang diikuti puluhan siswa-siswi tingkat SD dan SMP se Kota Balikpapan.
“Workshop ini merupakan salah satu program kerja PAPPRI Kota Balikpapan di bidang pendidikan dan budaya, dengan menghadirkan dua narasumber yang kompeten di bidang seni musik tradisional, yakni Angkasa Irwansyah dan Yayan D’Fretes. Kegiatan ini sebagai upaya organisasi untuk mengajak generasi muda melestarikan warisan budaya, serta menanamkan kecintaan terhadap musik tradisional sebagai akar budaya bangsa,” tegas Yaya Rohayati yang akrab dipanggil Maya Bunga.
“Budaya itu merupakan aset bangsa, yang mana akar sesungguhnya dari budaya kita adalah seni tradisional. Kalau bukan anak-anak kita yang mencintai dan melestarikannya, lalu siapa lagi ?,” pungkasnya.
Yaya Rohayati menambahkan, arus modernisasi tidak seharusnya mematikan tradisi, justru sebaliknya menjadi sarana untuk memperkuat eksistensi seni tradisional di tengah perkembangan zaman. Untuk itu, dirinya berharap kegiatan seperti ini bisa menjadi pintu masuk generasi muda, untuk lebih mengenal dan mencintai musik daerahnya sendiri.

“Langkah ini juga bagian dari visi dan misi PAPPRI, oleh karenanya kami komitmen ingin seni musik tradisional tetap hidup dan menjadi kebanggaan bagi kalangan generasi muda,” jelasnya
Kedepan PAPPRI Balikpapan terus berupaya menggulirkan kegiatan serupa, bekerjasama dengan Pemerintah Kota Balikpapan dalam hal ini Instansi terkait, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Disporapar Kota Balikpapan. Hal itu bertujuan, agar kedepannya dalam setiap even besar di Balikpapan dapat melibatkan generasi muda.
“Setelah ini para peserta workshop bisa diarahkan untuk ikut terlibat dan tampil di panggung-panggung besar, seperti perayaan hari jadi Kota Balikpapan atau peringatan HUT Kemerdekaan RI,” harap Yaya
Sementara itu, ketua panitia workshop musik PAPPRI Sarjono menegaskan, antusiasme yang ditunjukkan para peserta menjadi penyemangat tersendiri, sekaligus sebagai tolak ukur penyelenggara untuk terus menggelar kegiatan edukasi seni budaya di Balikpapan.
“Kami seluruh jajaran pengurus DPC PAPPRI Kota Balikpapan berharap, kegiatan seperti ini bisa menjadi program tetap berkesinambungan, dan masuk ke dalam pendidikan karakter anak-anak melalui seni dan budaya,” ujarnya
“Melalui workshop ini, nantinya musik tradisional tidak hanya sekedar dipelajari sebagai warisan masa lalu, akan tetapi juga tumbuh menjadi bukti identitas kebanggaan generasi muda di masa depan,” ungkapnya
Dalam workshop PAPPRI ini, para peserta tidak hanya diberikan teori pengenalan alat musik tradisional Kaltim, tapi juga diajarkan teknik dasar cara memainkan alat musik tersebut. Alat musik tradisional yang ajarkan ke dua Nara Sumber, Angkasa Irwansyah dan Yayan D’Fretes dalam kegiatan workshop ini adalah Sampeq, yakni alat musik petik khas Kalimantan yang memiliki nilai-nilai filosofi tentang harmoni alam, dan kehidupan nyata sehari-hari di masyarakat.
Selaku narasumber, Angkasa Irwansyah yang juga salah satu pegiat seni musik tradisional di Kaltim, berharap di kemudian hari semakin banyak kegiatan semacam ini agar konsistensi seni budaya kita tetap terjaga kelestariannya. Sehingga seni budaya tradisional bisa tetap eksis di zaman now.
“Saat ini seni budaya di Kaltim berkembang pesat secara quantity, terlihat di kota kita semakin banyak pelaku seni menggelar berbagai event seni budaya. Terbukti dari sejumlah workshop tentang seni budaya di Balikpapan, dihadiri para peserta yang semakin hari semakin bertambah kuotanya,” kata Angkasa
“Semoga kedepan akan tercipta beberapa Literasi seni dan budaya Kalimantan Timur, termasuk seni musik tradisional hasil kerjasama para stakeholder, akademisi, tenaga profesional dan pemerintah daerah setempat, yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan panduan bagi para pelaku seni yang semakin banyak jumlahnya,” ungkapnya
Di penghujung acara, seluruh panitia dan peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan diiringi alunan musik Sampeq. Kolaborasi lagu kebangsaan dengan alunan nada alat musik tradisional ini, sebagai bentuk sinergitas antara nasionalisme dan pelestarian seni budaya daerah. (TS/FAD)

















Discussion about this post