Kutai Kartanegara, Borneoupdate.com – Tim Pengabdian Masyarakat dari Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda (ITKES WHS) melaksanakan program penguatan literasi dan inklusivitas di SDN 007 Tenggarong. Kegiatan ini dibuka oleh Kabid Pendidikan SD, Ahmad Nurkhalish. Acara berlangsung di halaman SDN 007 Jalan Pesut, dihadiri oleh Wakil Rektor 1 ITKES WHS, Chandra Sulistyorini, serta berbagai pihak terkait.
Dalam sambutannya, Kabid Pendidikan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kukar, Akhmad Nurkhalish, menekankan pentingnya melibatkan anak-anak dalam berekspresi. Ia berharap, tujuan dari kegiatan ini dapat tercapai dengan baik.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat ITKES WHS, Wahyu Dewi Sulistyarini, menjelaskan bahwa program ini bertema “Penguatan Keterampilan Literasi dalam Mewujudkan Iklim Inklusivitas di Sekolah Dasar melalui Cerita Dongeng dan Sosiodrama”. Kegiatan ini didanai melalui hibah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI. Fokus utama program adalah pengembangan literasi inklusif melalui media buku cerita dan sosiodrama.
Wahyu menekankan bahwa peningkatan literasi inklusif sangat penting dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan berkeadilan sosial. Ia berharap, pendidikan karakter akan membantu anak-anak meningkatkan rasa kepedulian, kerjasama, dan empati terhadap orang lain.
Program ini berlangsung selama tiga bulan, dengan puncak kegiatan berupa Festival Anak. Dalam festival ini, ditampilkan dua cerita adaptasi berjudul “Ulur Ular Nagana” yang menekankan pentingnya kerja sama, dan “Siti Terbang Tinggi” yang mengajarkan pentingnya keberanian menghadapi tantangan.
Kedua cerita diciptakan untuk mendukung nilai-nilai keberagaman dan kerja sama di antara siswa. Pertunjukan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar mendalam mengenai nilai-nilai inklusivitas, toleransi, dan keberanian.
Wahyu berharap kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan literasi siswa, tetapi juga menanamkan nilai-nilai penting seperti menghargai perbedaan. Kegiatan kreatif ini menunjukkan bahwa pendidikan inklusif dapat dicapai dengan cara yang menarik, yang melibatkan cerita dan seni drama. Diharapkan, program ini dapat terus dikembangkan di sekolah-sekolah lain demi menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif. (*/WAN)
Discussion about this post