Samarinda, Borneoupdate.com – Sektor pariwisata adalah sektor yang sangat terkena dampak pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia. Seperti yang diutarakan oleh praktisi wisata Irma Dian Sari yang merupakan pemilik Biro perjalanan Borneo Kersik Luway, bahwa usaha jasa biro perjalanan miliknya omzetnya turun hingga 75 persen.
“Yang saya pikirkan saat ini adalah bagaimana dapat perusahaan dapat bertahan dan dapat menggaji beberapa karyawannya. Jadi tidak sempat lagi memikirkan keuntungan. Bisa bertahan saja sudah cukup,” ujarnya saat bincang pariwisata yang diselenggarakan oleh Radio Republik Indonesia Samarinda, Sabtu (19/12/2020).
Agar bisa bertahan di tengah pandemi saat ini, ujar Irma, pemerintah daerah harus membuka obyek wisata dengan syarat menetapkan protokol kesehatan yang ketat. Misalnya, menyediakan fasilitas kesehatan seperti tempat cuci tangan, tidak berkerumun, menjaga jarak dan hanya mengisi separuh kapasitas seperti waktu normal.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Syaifudian mengatakan keluhan yang paling banyak disampaikan oleh masyarakat adalah besarnya dampak yang menerpa sektor industri pariwisata.
“Di awal pandemi Covid-19 saja, ada 2.000-an hotel dan restoran tutup. Banyak destinasi-destinasi juga ditutup. Walau ada bantuan tanggap darurat untuk pelaku sektor pariwisata ternyata belum memenuhi banyak harapan,” ujarnya.
Hetifah menjelaskan pihaknya bersama Kementerian Pariwisata telah menyusun program pemulihan. Di dalam strategi yang disusun tahap pemulihan pada bulan Juni hingga Desember 2020 dan normalisasinya Juli hingga Januari 2021.
“Dengan adanya pandemi kebutuhannya jadi berubah. Kami di DPR terpaksa melakukan refocusing sejumlah program. Ada hibah Rp3,3 triliun dan insentif lainnya. Namun karena pandeminya masih panjang maka tidak dapat semuanya tersentuh tahun ini atau tahun depan,” jelas Hetifah.(YA)
Discussion about this post