Jakarta, Borneoupdate.com – Di masa pandemi ini, vaksin menjadi isu yang hangat karena terkait pada upaya pengendalian wabah. Seberapa penting sebenarnya seseorang mendapatkan vaksin dan apa pengaruhnya bagi penanggulangan wabah suatu penyakit.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dr.Reisa Broto Asmoro mengatakan dengan adanya vaksin, penularan penyakit tertentu dapat dicegah, orang-orang terlindungi dari wabah penyakit, dan kekebalan komunitas akan muncul hingga pada akhirnya wabah dapat dikendalikan.
“Jika wabah dapat dikendalikan dan penularan dicegah sedemikian rupa, maka masyarakat dapat kembali beraktifitas dan kembali produktif. Pasti kita semua ingin kondisi seperti itu segera terwujud. Karena itulah kenapa vaksin dan upaya vaksinasi menjadi penting,” kata Reisa di acara dialog produktif yang digelar secara virtual oleh Forum Merdeka Barat 9, dengan tema Vaksin: Menjawab Mitos dan Menolak Hoaks, Kamis (08/10).
Dikatakan Reisa, hal penting dari persoalan vaksin ini adalah pemahaman terhadap istilah vaksin, vaksinasi dan imunisasi itu sendiri. Vaksin menurutnya alat untuk membentuk antibodi atas suatu penyakit. Sedangkan vaksinasi proses pemberian vaksin baik dengan disuntikkan atau diberikan tetesan lewat mulut untuk meningkatkan antibodi. Tujuan utamanya menangkal penyakit tertentu. Sedangkan imunisasi adalah proses munculnya kekebalan dan terjadinya penangkalan penyakit di dalam tubuh seseorang sebagai hasil vaksin. Singkatnya menurut Reisa, vaksinasi tindakan mendapatkan vaksin dan imunisasi merupakan hasil dari vaksinasi.
Vaksin tidak hanya dapat membentuk antibodi seseorang dalam melawan satu penyakit, tapi juga melindungi orang lain dari penyakit tersebut. “Orang-orang yang nantinya mendapatkan vaksin, tidak hanya melindungi dirinya sendiri. Tetapi juga melindungi orang lain di sekitarnya yang mungkin tidak memiliki akses ke vaksin. Maka terciptalah herd immunity, kekebalan kelompok. Jadi semua mendapat perlindungan,” katanya.
Karena itulah menurutnya kenapa vaksinasi harus dilakukan. Karena dengan adanya vaksin dan vaksinasi jadi salah satu cara agar dapat keluar dari pandemi ini. “Semakin banyak nantinya orang-orang mendapatkan vaksin, penyebaran penyakit akan semakin sedikit. Kalaupun seseorang itu tetap terpapar dengan penyakit tersebut, dengan sudah mendapatkan vaksin paling tidak penyakit yang dideritanya tidak akan separah jika tidak mendapatkan vaksin.”
Reisa tidak menafikan jika banyak masyarakat yang khawatir ketika diberi vaksin. Banyak hoaks terkait pemberian vaksin yang beredar di masyarakat, bahkan mengatakan pemberian vaksin dapat menyebabkan penyakit tertentu.
“Sebenarnya kita harus tahu vaksin itu terbuat dari apa, ada yang menggunakan kuman hidup yang sudah dilemahkan, seperti vaksin MMR, campak, gondong, rubella. Ada juga vaksin yang menggunakan kuman yang tidak aktif, seperti yang digunakan pada vaksin polio. Adalagi vaksin yang hanya menggunakan salah satu bagian dari virus seperti vaksin HPV. Vaksin yang dimasukkan ke tubuh itu hanya alat yang digunakan tubuh untuk membentuk kekebalan tubuh jadi vaksin itu tidak dapat menyebabkan penyakit itu sendiri,” jelasnya.
Ditambahkan Prof. Dr. Henri Subiakto, Staf Ahli Menteri Bidang Hukum Kementerian Komunikasi dan Informatika, proses untuk menghasilkan vaksin dan sampai pada penggunaan vaksin membutuhkan proses yang panjang dan perizinan yang berlapis. Artinya, tidak ada vaksin yang dibuat sembarangan dan dapat digunakan tanpa uji klinis dan perizinan resmi dari pemerintah.
“Banyak orang mendapatkan informasi tentang vaksin dari sejumlah media sosial yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Apalagi di masa wabah COVID-19 ini, banyak sekali hoaks soal vaksin bertebaran.”
Dikatakannya, masyarakat harus berhati-hati terhadap berbagai informasi terkait wabah penyakit yang ada di berbagai media sosial. Untuk menghindari hoaks sebaiknya kritis, lakukan konfirmasi dan upayakan bertanya pada para ahlinya. (covid-19.go.id/ SAN)
Discussion about this post