Di sebuah kota bernama Balikpapan. Orang banyak menjulukinya kota minyak. Karena di kota ini berdiri kilang pengolahan milik Pertamina sejak jaman dahulu. Bahkan sekarang sudah upgrade lewat Proyek RDMP (Refinery Development Master Plan). Sebuah mega proyek revitalisasi dan pengembangan kilang yang bertujuan meningkatkan kapasitas dan kualitas pengolahan minyak mentah.
Tapi faktanya mencari bensin tetap saja susah. Pekan lalu antrean panjang terlihat di sejumlah SPBU di Kota Balikpapan. Semua kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, tampak mengular sejak pagi hari. Bahkan ada yang datang sambil mendorong motor karena sudah kehabisan bensin sejak di tengah jalan.
Walikota Balikpapan Rahmad Mas’ud, mengeluarkan himbauan resmi kepada masyarakat. Ia meminta tidak terjadi kepanikan dan berujung pembelian secara berlebihan. Karena pemerintah telah berkoordinasi dengan Pertamina dan sejumlah SPBU untuk mengurai permasalahan kelangkaan BBM.
“Yang penting masyarakat beli secukupnya. Pertamina sudah bekerja cepat, termasuk mendatangkan pasokan dari luar kota,” ujarnya kepada media massa. Pesannya jelas: jangan kalap seperti sedang borong indomie saat awal pandemi. Pemerintah, katanya, sudah berkoordinasi dengan Pertamina dan SPBU untuk mengurai persoalan ini. Bahkan pasokan tambahan BBM pun berdatangan dari luar kota.
Pertanyaan sederhana seringkali terucap. “Kok bisa kota minyak tapi bensinnya langka?.” Itu ibarat tinggal di kebun durian saat panen tapi makan rujak karena tak kebagian. Sebenarnya, masyarakat bisa menerima kalau ada perbaikan atau peralihan sistem distribusi. Tapi tolong ada pemberitahuan kepada mereka sebelumnya. Jangan tunggu antrean 100 meter dulu baru ada pernyataan. Jangan biarkan rakyat mendadak jadi penulis puisi galau di bawah sinar matahari di SPBU.
Kondisi ini bukan pertama kali terjadi. Beberapa tahun terakhir, warga Balikpapan sudah akrab dengan BBM langka. Hal ini memunculkan teori konspirasi ala warung kopi. Mulai dari opini kenaikan harga hingga settingan pengurangan stok agar warga pindah jenis BBM.
Kenyataannya, distribusi BBM memang punya tantangan tersendiri. Tapi bukan berarti kota pengolah harus jadi korban kekurangan. Kalau pabrik roti bisa kehabisan roti karena tukang potong libur mungkin bisa dimaafkan. Tapi kalau kilang minyak kehabisan bensin di daerahnya sendiri itu seperti pilot lupa cara terbang.
Balikpapan butuh sistem distribusi yang bukan cuma kuat tapi juga transparan. Kalau ada gangguan beri tahu warga lebih awal. Jangan biarkan mereka mengecek aplikasi stok BBM sambil mendorong motor sejauh lima kilometer. Edukasi publik juga penting. Tapi edukasi tanpa pasokan hanya seperti tong kosong nyaring bunyinya. (*)
Discussion about this post