Balikpapan, Borneoupdate.com – Ketua Umum Penasehat Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Forum Petani Kelapa Sawit (FPKS) Kaltim Dr. H. Mahyudin, ST.MM, sangat yakin dan optimis harga Crude Palm Oil (CPO) akan merangkak naik sehingga harga Tandan Buah Segar (TBS) juga ikutan naik, menurutnya saat ini di beberapa tempat harga TBS berada di kisaran 1600-1700 rupiah per kilogram.
Dirinya yang berlatar belakang sebagai petani sawit minta para petani sawit di Kalimantan Timur, jangan berkecil hati dan tetap semangat bercocok tanam sawit karena hasilnya menjanjikan. Hal itu disampaikan Dr. H. Mahyudin, ST, MM dalam sambutannya saat meresmikan acara Reorganisasi DPP FPKS Kaltim 2022-2024, Sabtu (6/8/2022) di hotel Jatra Balikpapan.
“Memang beberapa waktu lalu harga CPO sempat anjlok yang berdampak turunnya harga TBS. Namun sekarang ini harga CPO sudah mulai merangkak naik dan di beberapa daerah harga TBS sudah di kisaran 1600 hingga 1700 rupiah per kilogramnya, oleh karena itu saya optimis harga TBS nantinya akan melonjak naik seperti dulu mencapai 2000 hingga 3000 rupiah per kilogram”, tegas Mahyudin yang juga sebagai anggota DPD RI Perwakilan Kalimantan Timur.
“Perkebunan sawit sangat prospektif dan menjanjikan lantaran sawit merupakan produk yang dibutuhkan Dunia untuk bahan pangan, energi dan kebutuhan lainnya sehingga dapat dipastikan harganya akan melonjak naik,” imbuhnya
Mahyudin berharap jajaran pengurus DPP FPKS terpilih periode 2022-2024, bisa berkerja keras dan amanah untuk kepentingan petani sawit sawadaya.
” Para pengurus terpilih nantinya tidak hanya melakukan rapat-rapat saja tapi action di lapangan, komitmen dalam memperjuangkan nasib petani sawit agar akses ke pabrik lebih mudah termasuk mendapatkan harga TBS lebih tinggi dari tengkulak, serta mudah memperoleh pupuk agar mereka semakin bergairah bercocok tanam sawit,” pungkasnya.
Sementara itu Ketua panitia Didi Amiesta mengatakan, latar belakang digelarnya acara Reorganisasi dan Konsolidasi program Pemberdayaan Kelembagaan Petani Kelapa Sawit Swadaya Kalimantan Timur ini, untuk mengapresiasi keinginan anggota FPKS yg terbentuk sejak Tahun 2019 agar dapat mengembangkan roda organisasi FPKS menjadi lebih besar di Kalimantan Timur, serta bersinergi dengan lembaga atau asosiasi petani kelapa sawit lainnya dalam meningkatkan pendampingan, pelayanan dan pembinaan. Selain itu bersinergi bersama stake holder masyarakat perkebunan terutama Dinas terkait, dalam meningkatan kesejahteraan petani di Kaltim.
“Ditengah Issue maraknya tuntutan terhadap perbaikan nasib para petani, tentunya kami berkomitmen untuk memperjuangkan perbaikan sistem On farm dan of farm kelapa sawit antara lain budidaya paska panen, peningkatan industri pengolahan dan program integrasi sehingga pada saat terjadi fluktuasi harga TBS petani masih bisa bertahan,” terang Didi Amiesta.
“Kami juga berharap, nantinya kepengurusan DPP FPKS 2022 – 2024 terpilih memiliki program advokasi perlindungan hak-hak petani swadaya, dan membantu memfasilitasi pemenuhan kebutuhan petani dalam penyediaan pupuk serta benih unggul yang semakin sulit diperoleh petani,” tambahnya.
Hal senada diungkapkan Asbudi yang terpilih sebagai Ketua DPP FPKS Kaltim periode 2022-2024, dirinya akan berkomitmen bersama seluruh jajaran pengurus dalam memperjuangkan nasib para petani swadaya terkait harga TBS, agar pabrik kelapa sawit taat dengan amanat undang-undang sesuai Surat Edaran Menteri Pertanian dan harga yang ditetapkan Dinas Perkebunan Kaltim.
“Berdasarkan surat edaran Menteri Pertanian pada 30 Juni 2022 lalu bahwa pabrik kelapa sawit (PKS) sepakat membeli TBS kelapa sawit swadaya, dengan harga minimal 1.600 rupiah per kilogram. Kebijakan tersebut dikeluarkan dalam rangka mendorong kesejahteraan petani swadaya,” tegas Asbudi
“Namun sayangnya harga TBS 1.700 rupiah per kilogram yang ditetapkan Dinas Perkebunan Kaltim hanya berlaku untuk petani sawit kemitraan. Sehingga beberapa pabrik lebih banyak membeli TBS dari petani kemitraan perusahaan, sedangkan petani kelapa sawit swadaya harus rela dibeli dengan harga di bawah yang ditetapkan pemerintah,” keluhnya. (TS)
Discussion about this post