Ketukan di pintu itu terdengar jelas. Siapa pula bertamu subuh hari. Azan pun belum masuk waktu berkumandang. Tak lama ada bunyi salam dari seseorang. Suara yang tak asing bagiku. Selepas buka pintu nampak sesosok tubuh tinggi besar. Rupanya itu Muhammad Lukman. Seorang rekan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) Kaltim yang datang. Dia menyodorkan kunci mobil padaku yang baru lepas keluar kamar mandi. “Nitip kunci ambulan kak. Nanti abis subuh ada kang Solihin,” ujarnya.
Aku menerima kunci yang disodorkan. “Gak ikut kah,” ucapku. Lukman hanya menjawab dirinya mau ke pasar. Artinya kemungkinan tidak bisa ikut dalam kegiatan khitanan kali ini. Ya memang untuk kesekian kalinya Kokam Kaltim menggelar bakti sosial di kawasan pinggiran. Daerah yang menjadi tujuan berada di dusun Loa Gagak, Desa Loa Kulu Kota, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Sebuah dusun yang aku sendiri baru sekali mendengarnya.
Tak lama azan subuh berkumandang. Menginjak parkiran masjid yang berada di komplek pesantren al Mujahidin terlihat ada 3 mobil terparkir. Salah satunya ambulan yang disebut Lukman tadi. Usai menunaikan sholat subuh aku kembali menuju rumah sambil menunggu info selanjutnya. Saat membuka HP mulailah bermunculan pesan masuk. “Posisi. Ba’da subuh di pos ya,” tulis Solihin lewat pesan WA.
“Di rumah ada kunci ambulan,” jawabku di aplikasi yang sama. Waktu itu jam dinding menunjukkan pukul 05.30 Wita. Sekitar 30 menit berikutnya masuk lagi WA dari nama yang sama. “Ayo di pos,” tulisnya. Aku segera bersiap dan berjalan menuju tempat yang dimaksud. Pos itu hanya berjarak 30 meter dari rumahku. Namun sampai di sana ternyata masih belum ada orang. Sejurus kemudian baru muncul dua pria berseragam Kokam. Solihin terlihat membonceng Rahiman yang juga Komandan Kokam Kaltim.
Kunci ambulan sudah berpindah tangan dan kami bertiga siap berangkat. Titik pertemuan tim khitanan berada rumah Arif Rahmatullah di Loa Buah, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda. Nama terakhir ini adalah anggota Kokam Kaltim yang melakukan peninjauan ke lokasi pelaksanaan acara. Mobil mulai mengaspal dan masuk ke jalur tol Balikpapan – Samarinda di Km 13 Balikpapan. Kami sempat singgah di rest area Km. 36, Kutai Kartanegara, untuk mengisi BBM.
Pukul 07.15 mobil meluncur keluar pintu tol di Palaran. Sembari membuka googlemaps yang dibagikan di grup, terlihat chat anggota tim yang mulai berdatangan. “Ayooo ditunggu kehadirannya. Kak Adam sudah di ringroad,” tulis Arif selaku tuan rumah. Komandan Tamam Habibi justru sudah sampai setelah mengantarkan anaknya ke sekolah. Aku pun turut berkomentar dengan mengirim foto melintasi jembatan Mahakam Hulu. Tak lama berselang kami bertiga tiba di titik kumpul.
Arif lalu menyambut kami dan mengajak mampir ke rumahnya. Baru 4 orang yang sudah hadir. Sementara yang lainnya masih di perjalanan. Tuan rumah lalu menyiapkan sarapan nasi bungkus dan mempersilahkan kami bersantap. “Enak ini nasi kuningnya. Khas banjar,” ujar Rahiman saat makan. Memang suku Banjar sejak lama cukup banyak berdomisili kawasan Samarinda dan Kukar. Otomatis kuliner mereka juga menyebar ke penduduk setempat. “Di sini memang tempatnya kalau mau cari khas banjar,” jawab Tamam.
Tak lama kemudian muncul dua orang sambil mengucapkan salam. Keduanya merupakan rekan Kokam Kaltim yang berasal dari Kukar. Disusul Adam Muhammad yang juga ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Kaltim. Sama dengan kami, tuan rumah lalu mengajak sarapan nasi kuning pada ketiganya. Usai bersantap anggota tim lainnya berdatangan. Kami segera berkumpul dan bersiap menuju lokasi acara. “Tidak jauh. Paling 45 menit dari sini. Tapi jalannya yang batu dan lumpur,” ujar Arif.
Memang sedari awal rencana, program khitanan massal Kokam Kaltim menyasar kawasan pinggiran di pedesaan hingga pedalaman. Salah satunya yang kali ini kami selenggarakan di dusun Loa Gagak. Ternyata salah satu jalur menuju lokasi bisa melalui Loa Buah, Samarinda, bersambung ke Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Letaknya cukup terpencil tapi ramai dengan aktifitas pekerja tambang batu bara. Masyarakat di sana sudah berulang kali mempertanyakan kepastian program ini. Karena mereka juga berhadapan dengan kesulitan biaya sunat yang cukup menguras kantong.
Di sisi lain, kami di pihak panitia juga menghadapi persoalan yang sama. Soal ketersediaan dana acapkali jadi penghalang keberlangsungan program. Meski tidak 100% benar. Tapi ada benarnya juga. Utamanya untuk kegiatan operasional khitanan massal di lapangan. Kami terpaksa menunda pelaksanaan sambil mengumpulkan pendanaan. Sempat dua kali menunda kegiatan. Yang terakhir karena ada Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Kukar tanggal 19 April 2025. Jadilah acaranya digeser sepekan berikutnya.
Hingga sepekan sebelum acara, Komandan Wilayah Kokam Kaltim, Rahiman al Banjari, terus bergerilya mencari pendanaan. Pasalnya dana untuk pelaksanaan khitanan di Kabupaten Kukar itu belum mencukupi. Syukurnya sehari menjelang kegiatan dana yang masuk lumayan menutupi biaya operasional. Anggota Kokam turut menghulurkan dana pribadi bersama para donatur. Termasuk bantuan dari Baznas Kaltim sebesar Rp 1.500.000. “Alhamdulillah program masih bisa jalan,” ujarnya.
Sampai di lokasi panitia pun segera bersiap. Waktu sudah menunjukkan pukul 08.30 Wita. Peserta mulai berdatangan ke posyandu dusun Loa Gagak. Ada juga tenaga medis yang memang bertugas di fasilitas kesehatan dusun tersebut. Yang menarik bagiku kali ini pesertanya ada yang bukan beragama Islam. Orang di luar Islam juga bisa mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Nah khitanan massal dari Kokam PWPM Kaltim kalim ini pun demikian. Hampir separuh peserta dari kalangan tersebut.
“Nanti ada nonis (non-Islam) juga yang ikut disunat,” ujar Arif selaku ketua panitia acara. Laporan dari panitia menyebutkan jumlah peserta ada 20 orang. Terdiri dari 12 muslim dan 8 non muslim. Peserta paling kecil usia 5 tahun dan paling tua 17 tahun. Keduanya berasal dari non-Islam. “Awalnya tercatat 23 orang. Lalu 3 orang mengundurkan diri,” lanjut Arif.
Bagi saya pribadi jumlah peserta hanyalah angka. Tapi kebermanfaatan program yang menjadi berkahnya. Kokam Kaltim sudah sering menggelar kegiatan khitanan massal ke wilayah pedesaan dan pedalaman. Problem dana yang dulu mungkin bahkan lebih parah. Apalagi memang sudah sering berkegiatan dengan kondisi seadanya. Buktinya dana yang tersedia cukup saja untuk menunaikan acara.
Satu persatu peserta khitanan berdatangan. Sesekali terdengar tangisan dari ruang eksekusi sunat. Setelahnya semua peserta mendapatkan paket sederhana berisi kopiah dan sarung dari panitia. Mereka juga berfoto untuk dokumentasi laporan kegiatan kepada para donatur. Ketua PWPM Kaltim, Adam Muhammad, yang turut hadir mengakui bahwa berdakwah tidak bisa bermodal semangat saja. Semangat besar harus berhadapan dengan tantangan dana operasional. Khusus khitanan massal saja ada kebutuhan alat medis, honor tenaga medis, konsumsi peserta hingga transportasi.
“Alhamdulillah Kokam Kaltim sudah teruji di ranah kemanusiaan. Khitanan massal ini sudah yang kesekian kalinya. Ini menunjukkan khitanan massal menjadi jembatan kemanusiaan dan membuktikan kepedulian sesama,” tuturnya. Meski untuk mencapai lokasi acara, tim Kokam PWPM Kaltim harus melewati jalan berbatu dan berlumpur. Namun raut wajah kegembiraan para orang tua dan peserta jadi bayarannya.
Sekitar pukul 11 lewat peserta terakhir usai disunat. Seluruh panitia berkumpul, berfoto dan berpamitan kepada tenaga medis dan perwakilan dusun. Pihak warga menyampaikan ucapan terima kasih kepada donatur dan Kokam PWPM Kaltim yang hadir. Bahkan meminta kami kembali berkenan menggelar khitanan massal di dusun mereka. “Semoga nanti ada lagi sunatan massal di tempat kami,” ujar perwakilan warga.
Tim yang berjumlah 20 orang ini pun kembali pulang. Menyusuri jalan berbatu dan berlumpur menuju Kota Samarinda. Perut mulai terasa keroncongan meski gembira bertemu teman-teman sesama relawan. Apalagi sajian khas Lamongan bakal menjadi santapan. Siang ini, mas Husnul, bersedia menjamu Kokam Kaltim di kediamannya di daerah Loa Janan, Kabupaten Kukar. Kami lalu bergerak menuju ke sana.
Sementara di grup WA, aksi kemanusiaan Kokam Kaltim ini juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak. “Selamat dan sukses Khitanan Kokam menjalankan Trilogi Kokam, merawat nilai kemanusiaan,” tulis Machnun Uzni, senior BPO Kokam yang naik jadi ayahanda Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kaltim. Dirinya mengapresiasi postingan dokumentasi kegiatan khitanan massal kali ini. “Dakwah Sosial yang wajib disosialisasikan,” sahut Iwan Sulistia yang sempat jadi Sekretaris Kokam Kaltim di periode lalu.
Ya begitulah realitas pergerakan warga persyarikatan. Ada banyak keunikan yang berkembang seiring gerak langkah di lapangan. Intinya jadi anggota Muhammadiyah harus tahan banting, tidak mutungan (baperan), tahu diri dan tidak lupa daratan. “Terima kasih kepada seluruh teman-teman yang sudah berpartisipasi atas terselenggaranya khitanan massal. Semoga Allah membalas dan memberkahi perjuangan kita,” tambah Rahiman di postingan grup WA BPO Kokam Kaltim.
Menjadi bukti shahih bahwa ada banyak tantangan dakwah ke depan. Khususnya kepedulian dari sisi pendanaan. Ditambah lagi akses menuju lokasi yang mungkin menyulitkan. Tapi teman-teman Kokam juga paham setiap rupiah dana umat harus sesuai peruntukan. Karena itu amanah atas program yang dijalankan. Lalu ketika ada yang masih belum paham kasih tahu “pahamlah ikam”. Eh itu celetukan khas Gubernur Kaltim periode lalu. (*)
Discussion about this post