Borneoupdate.com, Samarinda — Ekonomi Kalimantan Timur Triwulan II-2020 terhadap Triwulan II-2019 mengalami penurunan sebesar minus 5,46 persen (y-on-y), berlawanan dengan capaian Triwulan II-2019 yang tumbuh sebesar 5,06 persen.
Indikasi ini diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga berlaku yang mencapai Rp 149,16 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 114,25 triliun.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Anggoro Dwitjahyono pada penyampaian rilis perekonomian Kaltim di Kantor BPS dan disiarkan melalui virtual, pada Rabu (5/8/2020).
Dijelaskan Anggoro, dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi secara y-on-y dicapai oleh Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas yang tumbuh sebesar 9,09 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 0,79 persen.
“Ekonomi Kalimantan Timur Triwulan II-2020 dibanding Triwulan I-2020 turun sebesar minus 6,53 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi secara q-to-q pada Triwulan II-2020 dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang tumbuh sebesar 3,74 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 17,81 persen,” ujarnya, Rabu (5/8/2020).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya perekonomian Kaltim di Triwulan II 2020 ini, diantaranya pada sektor pertanian yang ditandai dengan gagal panen dan pengurangan subsidi pupuk urea serta banjir besar dan serangan hama.
Di sektor perkebunan, harga kelapa sawit berupa tandan buah segar yang harganya belum membaik dan beberapa pengaruh iklim yang menyebabkan tandan buah tidak berbuah normal.
Di sektor pertambangan dan penggalian, tercatat beberapa fenomena seperti harga batu bara acuan pada triwulan II 2020 menunjukan penurunan.
Selain itu, penghentian kegiatan produksi kilang minyak Pertamina RU V Balikpapan pertengahan Mei 2020, turut mempengaruhi ekonomi Kaltim yang ditopang oleh seKtor migas dan penggalian. Ini disebabkan karena konsumsi yang berkurang akibat pembatasan mobilitas penduduk selama Covid-19.
Begitupun dengan periode ekspor non migas yang juga mengalami penurunan sebesar 16, 11 persen jika dibandingkan dengan periode Januari-Juni 2019.
“Kiranya itu yang menjadi faktor penurunan ekonomi Kaltim di triwulan II 2020. Beberapa perusahaan tambang menurunkan produksinya akibat Covid-19, padahal Kaltim sangat bertumpu pada seKtor migas dan penggalian,” ujar Anggoro.(YA)
Discussion about this post