Balikpapan, Borneoupdate.com – Dakwah biasanya mempertemukan antara seorang ustadz dengan kumpulan jamaah. Namun hal itu mengalami perubahan dalam setahun terakhir. Di mana saat pandemi Covid-19 ini, pemerintah memberlakukan sejumlah aturan pembatasan terhadap rumah ibadah. Termasuk masjid yang menjadi pusat kegiatan umat muslim. Menyikapi hal tersebut, para pengurus masjid tentu dituntut mampu melakukan penyesuaian agar dakwah bisa terus tersampaikan.
Ahad (08/08) subuh, seorang ustadz terlihat sedang bersiap menyampaikan ceramah di masjid dekat rumah saya. Dua orang pengurus masjid tampak mengangkat meja dan kursi ke dekat mimbar sebagai tempat baginya. Usai dipersilahkan pembawa acara, sang ustadz pun memulai materi yang akan disampaikan.
Agak berbeda memang rasanya. Di depan ustadz tadi bukan lagi kumpulan jamaah yang banyak seperti biasanya. Tetapi ada dua buah telepon seluler yang menyiarkan ceramahnya melalui sambungan internet secara langsung. Yang pertama untuk zoom meeting sementara satunya lagi siaran langsung lewat media sosial youtube. Dilengkapi seorang operator yang mengoperasikan aplikasi daring yang bisa diakses jamaah tanpa harus hadir di masjid.
“Ini yang kita hadapi saat ini. Mau tidak mau harus dihadapi. Jadi dampak pandemi virus Covid-19 setahun ini cukup banyak membawa perubahan. Yang sektor dakwah juga kena dampaknya,” ujar Rohiman, salah seorang pengurus masjid AR Fachruddin, Balikpapan Utara, yang bertugas sebagai operator.
Ia mengisahkan, keluarnya sejumlah surat edaran dari pemerintah setempat tentang kegiatan rumah ibadah membuat pengurus harus memutar otak. Mengingat pemerintah melakukan pembatasan terhadap jumlah orang yang hadir di masjid dan mewajibkan pelaksanaan protokol kesehatan. Bahkan acara tabligh akbar dan pengajian juga dilarang untuk sementara waktu di tengah upaya pemerintah menekan penyebaran kasus terkonfirmasi positif Covid-19.
“Kondisi ini tidak boleh membuat aktivitas dakwah terhenti. Justru seharusnya membuat kegiatan dakwah makin meningkat. Maka kita gunakan teknologi sebagai pendukung dakwah. Kan ada aplikasi seperti zoom meeting dan google meet. Itu yang kami pakai. Jadi jamaah tetap dapat ilmu meski tidak hadir di masjid,” tutur pria asal Kabupaten Pulau Laut, Kalsel ini.
Rohiman mengakui, tetap ada perbedaan antara dakwah tatap muka dengan online. Karena kehadiran secara virtual menyebabkan interaksi silaturahmi antar jamaah masjid menjadi berkurang. Meski di sisi lain dakwah virtual ini tidak membutuhkan biaya seperti konsumsi ataupun biaya tak terduga lainnya. Yang diperlukan hanya kuota internet dan kemauan para jamaah untuk hadir.
“Mungkin untuk saat ini dakwah secara virtual jadi pilihan terbaik. Tinggal kualitas jaringan internetnya saja saat ceramah berlangsung. Pertimbangannya tentu mencegah perluasan Covid-19. Secara biaya jelas tidak mahal. Tinggal jamaahnya aja lagi mau atau tidak hadir virtual,” lanjutnya lagi.
Meski begitu, lanjut Rohiman, pihak masjid tetap membuka kesempatan bagi jamaah yang hadir secara langsung mendengarkan ceramah. Selama mereka tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker saat berada di masjid. Selain itu, pengurus masjid juga sudah menyediakan tempat mencuci tangan, hand sanitizer dan rutin melakukan penyemprotan disinfektan terhadap area masjid.
“Yang jelas masyarakat muslim perlu dibekali pengetahuan agama meski dalam kondisi pandemi Covid-19. Sangat disayangkan, jika dalam kondisi ini dakwah tidak tersampaikan. Silahkan datang ke masjid bagi masyarakat yang belum akrab dengan teknologi. Asal patuhi prokes,” jelasnya.
Rohiman berharap kehadiran jamaah secara tatap muka di masjid bisa kembali normal. Meski ia juga mengakui hal itu tentunya menyesuaikan kebijakan dari pemerintah setempat dan kondisi terkini perkembangan kasus Covid-19 di Balikpapan. Termasuk kesiapan pengurus masjid menerapkan protokol kesehatan bagi jamaah beserta alat pendukungnya sesuai standar yang ditetapkan Satgas Covid-19.
“Intinya dalam kondisi apapun, dakwah mesti berjalan. Karena, dakwah itu adalah usaha berubah ke arah yang lebih baik. Harapannya tentu ingin keadaan kembali normal seperti biasanya dan pandemi ini segera berakhir. Tapi kami harus siap menerapkan perubahan prilaku bagi para jamaah masjid juga,” pungkasnya. (FAD)
Discussion about this post