Jakarta, Borneoupdate.com-
Tim Kesenian Kota Balikpapan, Kalimantan Timur yang terdiri dari para pemusik dan penari dibawah binaan Dewan Kesenian Balikpapan (DKB), berhasil memukau ratusan penonton, para juri dan magister seni saat menampilkan tarian berjudul Bekerai Langsuang Ponti, yang menceritakan tentang sebuah rumah tempat bersemayamnya para dewa, pada even seni tingkat Dunia yakni Jakarta Internasional Folklore Festival (JIFF), yang diikuti 8 negara dan 28 group kesenian dari berbagai provinsi di Indonesia, yang berlangsung di Lapangan Banteng-Jakarta Pusat pada tanggal 13-15 September 2019.
Suksesnya penampilan tim kesenian DKB dalam menyuguhkan tarian Bekerai Langsuang Ponti ini, berkat latihan keras para penari dan pemusik dibawah arahan Mei Christhy dan Agus Gerana yang bertindak selaku koreografer, dibantu Angkasa sebagai penata musik dan penata kostum Sumarwi, dengan meraih penghargaan berupa Best Performance bersama Daerah Banyumas, Jawa Barat, Jawa Timur dan Negara Korea.
Pada even seni pertunjukan Tari dan Musik Folklore tingkat Internasional ini, Tim Kesenian DKB yang membawakan tarian tradisional suku paser tampil sebanyak dua kali, dimana pada sesi pertama tanggal 13 September 2019 tampil di panggung utama sebagai peserta terakhir yakni pamungkas, yang berhasil memukau ratusan penonton, para juri dan magister seni. Selanjutnya pada tanggal 14 September panitia kembali meminta DKB untuk tampil performance di panggung kecil, dan hasilnya pun sama dimana ratusan penonton tetap antusias memadati arena pertunjukkan.
Namun pada saat diumumkan Negara dan Provinsi yang mendapatkan penghargaan pada tanggal 15 September malam, tim kesenian DKB yang berjumlah sebanyak 25 orang sudah kembali ke Balikpapan.
Menurut Wiena Lauda perwakilan panitia pelaksana yang disampaikan ke Sekretaris Jendral (Sekjend) DKB Yudhi Valent, bahwa festival ini tak ada penjurian untuk peringkat juara satu dan seterusnya, namun yang ada hanya penilaian terbaik untuk penata musik, penata kostum dan koreografer. “Festival ini tidak ada penilaian untuk peringkat juara, karena ajang ini murni menampilkan tarian tradisional asli dari daerah masing-masing, sehingga terkesan ada tarian dari daerah atau negara tertentu tampil monoton dan menjemukan,” Kata Wiena Lauda asal Kaltim yang juga berprofesi sebagai penata tari.
“Tujuan utama digelarnya JIFF ini untuk memperkenalkan dan melestarikan warisan budaya Bangsa, kepada masyarakat dan generasi muda ditengah perkembangan dunia seni dan budaya di era globalisasi saat ini, dengan kemasan festival yang menarik dan beragam guna membangkitkan rasa cinta dan ketertarikan para generasi muda atau millennial terhadap warisan budaya leluhurnya,”tambahnya
Menyikapi penghargaan Best Performance yang berhasil diraih tim kesenian Balikpapan Kalimantan Timur ini, ketua DKB Haji Karmien Laonggeng mengaku senang dan penghargaan ini sebagai bukti keberhasilan atas usaha keras semua pihak yang terlibat. “Keberhasilan yang diraih DKB di even Seni dan Budaya tingkat Dunia ini, agar dapat dijadikan motivasi untuk tampil lebih baik lagi pada even-even lainnya,”ujar Haji Karmien
“Keberhasilan yang diraih ini agar disikapi positif oleh semua jajaran pengurus dan anggota DKB, hal itu untuk kebaikan kita bersama dalam rangka menyambut dan mensukseskan agenda besar Seni Budaya berskala Nasional, Balikpapan Manuntung Art Festival (BMAF) pada tanggal 27,28 dan 29 Desember 2019,” tegasnya
JIFF yang diikuti 8 negara yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Ukraina, Vietnam dan tuan rumah Indonesia, yang mengusung tema Friendship through the Spirit of Unity ini merupakan satu upaya untuk mempererat persahabatan dengan berbagai negara di Dunia, lewat pergelaran seni dan budaya tradisional sebagai bentuk penghargaan dan perlindungan terhadap Budaya Dunia. Oleh karena itu, setiap negara peserta mendapat kesempatan untuk menampilkan seni tradisinya masing-masing, yaitu seni tari dan seni musik yang mereka miliki.(TS82)
Discussion about this post