Samarinda, Borneoupdate.com – Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Kalimantan Timur menggelar kegiatan khitanan massal di daerah terpencil: Loa Gagak, Desa Loa Kulu Kota, Kutai Kartanegara. Daerah ini berada di antara perbatasan Loa Buah, Samarinda, dan Kecamatan Loa Kulu. Meski asing di telinga banyak orang, Loa Gagak menyimpan denyut kehidupan yang sibuk, terutama dari aktivitas pekerja tambang batu bara.
Gagasan ini bermula dari percakapan sederhana di grup WhatsApp PWPM Kaltim. Arif Rahmatullah, anggota PWPM Kaltim, mengunggah pesan singkat yang memancing perhatian: “Nanti ada nonis (non-Islam) juga yang disunat,” tulisnya. Pernyataan ini langsung menggelitik pikiran banyak anggota. Mengkhitankan anak-anak non-Muslim dalam kegiatan yang biasanya identik dengan komunitas Islam menjadi sesuatu yang tidak biasa. Namun, justru di situlah letak makna besar kegiatan ini. Menjangkau semua lapisan masyarakat, melampaui sekat-sekat agama.
“Khitan ini, bagi sebagian orang, bukan hanya kewajiban agama. Ia juga berkaitan dengan aspek kesehatan dan budaya,” jelas Arif ketika diwawancarai usai kegiatan. Lewat pendekatan inklusif ini, PWPM Kaltim berharap khitanan massal dapat mempererat hubungan sosial lintas agama di kawasan tersebut.
Namun, semangat besar ini harus berhadapan dengan tantangan klasik berupa pendanaan. Seperti diakui Ketua PWPM Kaltim, Adam Muhammad, yang menyebut keterbatasan dana sering menjadi kendala dalam menjalankan program sosial. “Dana operasional untuk khitanan massal cukup besar, mulai dari kebutuhan alat medis, honor tenaga medis, konsumsi peserta, hingga transportasi,” ungkapnya.
Pihak panitia, lanjut Adam, kemudian bergerak cepat mencari dukungan melalui para donatur hingga mengajukan proposal kepada beberapa pihak. Di sisi lain pelaksanaan acara yang sudah direncanakan harus dua kali tertunda. Penundaan terakhir terjadi akibat adanya Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Kukar yang digelar pada 19 April 2025. Otomatis pelaksanaan khitanan bergeser sepekan kemudian.
Secara terpisah, Rahiman al Banjari, Komandan Wilayah Kokam Kaltim, turut mengambil peran penting dalam menyukseskan acara ini. Ia bersama relawan Kokam membantu mengurus logistik, keamanan, hingga memastikan semua prosedur medis berjalan sesuai standar. “Kami ingin memastikan, bukan hanya sukses acaranya, tetapi juga aman untuk semua peserta,” ujarnya.
Meskipun tertunda, antusiasme masyarakat tetap tinggi. Para orang tua dari berbagai latar belakang sudah mendaftarkan anak-anak mereka saat pendaftaran dibuka. Bahkan, ada beberapa orang tua non-Muslim, seperti yang disampaikan Arif, merasa bersyukur dengan adanya program ini. Mereka menganggap khitan bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga bentuk upaya menjaga kesehatan anak-anak mereka.
“Tadi pesertanya ada 20 orang. Terdiri dari 12 muslim dan 8 non muslim. Peserta paling kecil usia 5 tahun dan paling tua 17 tahun. Keduanya non-Islam,” jelas Arif yang juga menjadi ketua panitia kegiatan khitanan kali ini.
Adam juga menambahkan, khitanan massal ini tidak hanya tentang prosedur medis semata. Kegiatan ini menjadi jembatan kemanusiaan, menghapus sekat-sekat perbedaan dan membuktikan kepedulian sesama. Apalagi mencapai lokasi acara harus melewati jalan berbatu dan berlumpur. Di sisi lain orang tua dan peserta sangat gembira dengan kehadiran tim sunatan massal PWPM Kaltim. (zha)
Discussion about this post