Balikpapan, Borneoupdate.com- Dewan Perwakilan rakyat Daerah (DPRD) Kota Balikpapan kembali mempertanyakan kelanjutan relokasi Rumah Sakit Khusus Bersalin Sayang Ibu ke lokasi yang lebih luas. Pasalnya rencana pemindahan rumah sakit tersebut batal terlaksana di tahun 2019 karena pihak pemilik lahan mematok harga di atas anggaran pembebasan lahan yang disiapkan pemerintah.
“Info yang saya terima, yang punya lahan minta lahannya dihargai Rp 1,8 juta per meter. Sementara kajian appraisal oleh pemkot untuk lahan itu berkisar Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta. Otomatis rencana pembebasan lahan batal dilakukan karena kesepakatan harga tidak tercapai,” ujar anggota Komisi IV DPRD Balikpapan, Budiono, saat ditemui di kantornya, Senin (20/1) siang.
Tahun ini lanjutnya memang belum lagi ada pembahasan lanjutan pembebasan lahan untuk rencana relokasi Rumah Sakit Khusus Bersalin Sayang Ibu. Adapun pihak dewan menginginkan relokasi rumah sakit yang saat ini terletak di Kebun Sayur, Balikpapan Barat bisa segera terwujud. Mengingat rumah sakit khusus bersalin berlantai dua yang berdiri di atas tanah seluas 1.235 meter persegi ini dinilai sudah tidak memadai untuk menampung pelayanan kepada masyarakat.
Apalagi menurut Budiono, rumah sakit yang berada di kawasan Balikpapan Barat ini telah memenuhi standar pelayanan rumah sakit, serta meraih penghargaan sebagai Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) terbaik pertama tingkat provinsi Kaltim dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI serta Menteri Kesehatan RI saat itu. Bahkan Ombudsman RI juga memberikan penghargaan predikat kepatuhan standar pelayanan.
“Yang saya ingat, dulu sempat dilakukan kajian dalam upaya pembebasan lahan. Hanya saja pemindahan bangunan ke lapangan bola di wilayah Jumpi, Baru Ulu. kini tinggal wacana. Padahal pemindahan itu tergolong mendesak karena setiap bulan tercatat lebih dari 100 angka kelahiran di rumah sakit ini,” tutur legislator dari daerah pemilihan Balikpapan Barat ini.
Selain itu tambah Budiono, dari kajian yang ada, terdapat tiga lokasi yang memungkinkan untuk relokasi. Selain Jumpi, lokasi kedua yakni eks Bioskop Jaya di Baru Tengah dan lokasi ketiga ada di Margomulyo berdekatan dengan kawasan hutan mangrove. Namun lagi-lagi pemilik lahan mematok harga tinggi untuk tanah yang akan dibebaskan. Padahal, dengan relokasi bangunan ke Jumpi diharapkan mutu pelayanan rumah sakit dapat meningkat, sekaligus memberikan citra positif di mata masyarakat yang sudah menggunakan layanan rumah sakit ini.
“Sebenarnya tidak harus di barat. Utara yang ke arah barat juga memungkinkan untuk relokasi. Asal transportasinya tersedia. Intinya pemkot harus mengupayakan relokasi rumah sakit bisa terwujud secepatnya. Saya ingin 2021 harus fokus pembebasan untuk RS sayang ibu. Harus bisa mendealkan negosiasi lahan,” ucapnya.
Budiono menuturkan, pihak DPRD siap mengikuti keputusan pemerintah untuk kelanjutan relokasi Rumah Sakit Khusus Bersalin Sayang Ibu. Sebab pemindahan itu juga cukup mendesak dilakukan terkait kurangnya lahan parkir dan banyaknya pedagang yang menjajakan makanan di depan rumah sakit cukup mengganggu ketika kendaraan akan keluar-masuk.
“Gagalnya pembebasan lahan sudah sering terjadi. Padahal ini untuk kepentingan umum mengingat RS Sayang Ibu itu favorit masyarakat. Pelayanan bagus, hanya saja sarananya yang kurang memadai. Kami siap dukung lewat pembahasan di APBD kota. Kalau perlu juga kita ajukan ke provinsi atau APBN. Semoga saja bisa cepat terwujud,” tutupnya. (FAD)
Discussion about this post