Balikpapan, Borneoupdate.com- Berdasarkan perkembangan terkini dari Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan atau OIE, terkait wabah African Swine Fever (ASF) di beberapa negara seperti Asia, Afrika, dan Eropa, menjadi sinyal penting bagi Pemerintah untuk siaga menghadapi ancaman masuknya penyakit tersebut ke seluruh wilayah Indonesia termasuk Kaltim maupun Balikpapan. Menyikapi hal itu, Balai Karantina Pertanian Balikpapan yang memiliki Tupoksi dalam pencegahan masuk, tersebar dan keluarnya Hama Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina, menjadi salah satu garda paling depan dalam menghadapi ancaman ASF ini.
Sebagai Wujud nyata yang dilakukan pihak Karantina Pertanian Balikpapan dalam menghadapi ancaman ASF ini, dengan menggelar sosialisasi kesiapsiagaan dini di Aula Mahakam Kantor Karantina Pertanian Balikpapan yang diikuti sejumlah Instansi Terkait, agen Pelayaran dan Pihak Swasta agar terjalinnya kerjasama yang sinergi dan semakin solid.
Virus yang sedang diperbincangkan di khalayak ramai ini bersifat sangat menular pada ternak babi. Bahkan, dapat menimbulkan kematian yang tinggi. “Virus ini sangat mematikan pada babi, dengan tingkat kematian dapat mencapai 100 % dan tentu saja menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi terutama bagi peternak babi “, jelas drh. Bambang Erman selaku narasumber. Kerugian besar dapat terjadi tentunya tidak terlepas dari populasi babi di Indonesia yang mencapai 8,5 juta ekor.
“Belum adanya vaksin yang efektif terhadap ASF menjadi salah satu permasalahan dalam mengendalikan penyakit ini “, tambah Bambang. Lalu lintas produk hewan asal babi serta sampah sisa makanan menjadi salah satu poin penting untuk dikendalikan dan dilakukan perlakuan, mengingat penyakit ini dapat menular ke babi melalui produk pangan asal babi dan sampah sisa makanan.
Dalam sosialisasi kesiapsiaagan dini ini, disampaikan beberapa strategi penting yang perlu dilakukan dalam menghadapi ancaman ASF, diantaranya kesiagaan dini, Quarantine Health Control, Pre Shipment Inspection, Penilaian negara atau daerah asal, peningkatan pengawasan, pelarangan, tindakan karantina, dan pembatasan. “Hal ini tidak terlepas dari koordinasi, kerjasama, kolaborasi Karantina Pertanian dengan Instansi terkait, agen pelayaran, dan pihak swasta karena penyakit ini dapat menular dari produk pangan asal babi serta sampah sisa makanan yang terbawa dari luar negeri ke Indonesia “, ujar Bambang.
Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanian Balikpapan Abdul Rahman menambahkan, kegiatan sosialisasi ini merupakan upaya peningkatan kesadaran dan koordinasi bersama dengan instansi terkait, agen pelayaran, dan pihak swasta sebagai antisipasi masuknya ASF di Indonesia, khususnya Provinsi Kaltim(TS1982)
Discussion about this post